Selasa, 27 Desember 2016

Misteri Gunung Butak Sale Rembang

Misteri Gunung Butak Sale Rembang
Oleh : Joyojuwoto

Warga masyarakat di Indonesia selalu mempunyai mitos dan misteri tentang suatu tempat, baik itu mitos yang berkaitan dengan cerita terjadinya suatu tempat, tempat-tempat yang angker, tempat untuk mencari kesaktian dan kedigdayaan, untuk penyembuhan, hingga tempat untuk mencari pesugihan atau kekayaan. Seperti tempat-tempat yang lainnya Gunung Butak yang berada di Bitingan Sale Rembang juga menyimpan misteri dan mitos yang sampai sekarang masih dipercayai dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar.

Gunung Butak memiliki dua puncak gunung, di sisi barat disebut sebagai puncak Gunung Jati, karena konon di puncak itu terdapat maqamnya seorang tokoh sakti yang bernama yag Jati Kusumo. Sedang puncak satunya berada di sisi sebelah timur dari puncak Gunung Jati yang terdapat batu pertapaan Eyang Jatikusumo. Selain pertapaan di puncak yang sebelah timur ada suatu lokasi tanahnya tidak ditumbuhi rumput atau dalam istilahnya disebut Butak/botak. Sebab inilah gunung yang tingginya sekitar 679 MDPL disebut sebagai Gunung Botak.



Konon tempat atau tanah yang tidak ditumbuhi rumput itu bekas ditancapi keris pusakanya Eyang Jatikusumo. Keris itu bernama Kyai Ampal Bumi. Menurut penuturan Mbah Ngadiyo, salah satu sesepuh di Maqam Jatikusumo, dahulu di wilayah sekitar Gunung Butak terdapat seekor ular besar yang mengganggu ketentraman warga, karena ular itu sangat besar dan sakti maka tidak ada satupun warga yang berani mengusik keberadaan siluman ular itu. Kemudian ular itu di taklukkan oleh Eyang Jatikusuma, dan menjadi penjaga di sekitar maqam.

Selain ular, di sekitar wilayah Gunung Butak juga terdapat makhluk siluman Putri Celeng dan siluman Rambut Geni. Putri Celeng ini biasanya ditemui dalam wujud badan seorang putri cantik namun kepalanya berwujud celeng, kadang juga badannya celeng kepalanya seorang putri. Sedang Siluman Rambut Geni ini badannya hanya separo, dari perut ke atas saja, rambutnya menyala seperti api. Mirip seperti tokoh Grenda Seba dalam film legenda  Angkling Darmo. Kedua Siluman itu biasanya berada di area telaga Jambangan, dan menjaga wilayah tersebut. Oleh karena itu berhati-hatilah jika kita berkunjung kesana, jangan sampai membuat kerusakan alam dan berbuat yang tidak-tidak.

Peziarah yang datang ke maqam Jatikusumo tidak hanya penduduk sekitar, banyak juga yang datang dari luar wilayah Sale, seperti dari wilayah Tuban, Bojonegoro, Rembang, Blora dan lain sebagainya. Para peziarah datang dengan niat dan tujuan yang macam-macam, ada yang sekedar jalan-jalan, berwasilah mencari kesembuhan, mencari pesugihan, naik pangkat dan lain sebagainya. Namun yang perlu diingat bahwa manusia hanya sekedar berdo’a dan meminta, dan hanya kepada Tuhan saja kita percaya yang mengijabahi permohonan kita. Selain itu sebenarnya tujuan dari berziarah sendiri adalah dalam rangka mendo’akan orang yang telah meninggal dunia dan dalam rangka mengingat akan kematian.



Menurut Mbah Ngadiyo, ritual yang perlu dijalankan oleh para peziarah sebelem mencapai maqam Jatikusumo adalah bersuci terlebih dahulu di telaga Jambangan yang berada di bagian selatan lereng Gunung Butak. Setelah bersuci dan membersihkan diri mereka hendaknya melepaskan niat-niat yang tidak baik dan membersihkan hati dari pikiran-pikiran kotor untuk pasrah kepada Tuhan di tempat yang disebut Pasepen yang tidak jauh dari Telaga Jambangan. Setelah itu pengunjung atau peziarah baru naik menuju puncak Jatikusumo. Hal ini dilakukan agar para peziarah bersih lahir batin sebelum mencapai puncak Jatkusumo. Jika seseorang telah bersih lahir batin, insyallah segala do’a dan permohonannya akan mudah diterima dan diijabahi oleh Tuhan.

Benar tidaknya mengenai sebuah misteri dan mitos tinggal kita menyikapinya secara arif dan bijaksana, karena bagaimanapun juga misteri dan mitos adalah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari struktur nilai dan kekayaan budaya lokal suatu masyarakat yang perlu kita hormati.



2 komentar:

  1. Leres niki, dimanapun ketika travelling harus menghormati adat istiadat setempat, jgn mentang2.

    BalasHapus