Kamis, 08 September 2016

Aja adigang adigung adiguna

Aja adigang adigung adiguna
Joyojuwoto*

Pic : http://herulegowo.com/
Dalam falsafah kearifan masyarakat Jawa kita sering mendengar leluhur-leluhur kita memberikan petuah kepada anak cucunya : “Wong kuwi aja adigang adigung adiguna” yang memiliki makna seseorang itu jangan merasa paling kuasa, merasa paling agung, dan merasa paling berguna diantara sesama. Menjadi manusia itu harus rendah hati tidak merasa paling diantara sesama lainnya, karena hanya Tuhan yang memiliki sifat paling dan yang memiliki sifat Yang Maha.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman :
العظمة إزاري والكبرياء ردائي فمن نازعني فيهما قصمته
Artinya : “Kebesaran adalah kain sarung-Ku dan kesombongan adalah kain selendang-Ku. Bangsiapa melawan Aku pada keduanya niscaya Aku menghancurkannya”

Keagungan dan kebesaran adalah sarung Tuhan, kesombongan dan kedigdayaan adalah selendang Tuhan, maka apakah layak kita memakainya ? jika kita memaksa memakai hak-hak Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan menghancurleburkan kita. lihatlah akibat daripada orang-orang yang sombong, akhirnya tentu kehancuran dan kehinaan belaka. Lihatlah Firaun yang menyombongkan kekuasaannya ia dihinakan oleh Allah ditenggelamkan ke dalam laut merah, lihatlah Namrud yang menyombongkan tahtanya dan kerajaannya, ia dihancurkan karena kesombongnnya, lihatlah Qarun yang menyombongkan harta bendanya, ia dan seluruh harta bendanya di telan oleh bumi, tidak ada kesombongan yang membawa keberkahan, yang ada selalu kehinaan dan kehancuran.

Semua kebesaran, keagungan, dan kekuatan yang kita miliki hanyalah titipan dari Tuhan, tidak layak jika kita menyombongkannya dihadapan manusia lain. Karena sepercik api kesombongan yang ada di dalam dada kita besok akan berubah menjadi bara api yang akan menghancurkan dan meluluhlantakkan diri kita sendiri. Kesombongan itu akan membakar kita di dunia ini dan juga menghanguskan amalan-amalan kita di hari pertanggungjawaban.

Banyak hal yang menipu dan menjadikan seseorang menjadi sombong, diantaranya adalah mungkin karena ilmunya pengetahuannya, karena amal ibadahnya, karena kecantikan dan kebagusannya, karena kekayaannya dan juga karena keturunannya. Hal ini yang sering menjadikan seseorang menjadi adigang adigung dan adiguna, merasa paling dibandingkan orang lain serta melupakan siapa yang memberi semua nikmat tersebut.

Oleh karena itu mari berhati-hati dengan potensi dan rasa kesombongan yang muncul di dalam hati kita, bertawadu’lah terhadap sapada-padaning tumitah di muka bumi, karena sepercik kesombongan itu akan berbalas murka dari-Nya, sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah selalu mengingatkan kepada kita : “Tidak akan masuk surge orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah.


 *Joyojuwoto, lahir di Tuban, 16 Juli 1981, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak  Sang Rasul” yang tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.

1 komentar: