Senin, 22 Agustus 2016

Mengenang Gugurnya Letda Sucipto di Tapen Sidoharjo Senori

Mengenang Gugurnya Letda Sucipto di Tapen Sidoharjo Senori
Joyojuwoto*


Biar badan hancur lebur
Kita kan bertempur
Membela keadilan suci
Kebenaran murni

Begitulah bunyi sumpah dari seorang Taruna sejati, sumpah seorang prajurit pembela kemerdekaan bangsa, biar badan hancur lebur, kita kan terus bertempur. Kemerdekaan adalah hal yang harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan. Pilihannya hanya merdeka atau mati, sekali merdeka tetap merdeka, tidak ada kata kompromi bagi penjajahan di bumi pertiwi tercinta ini.

Begitulah yang terjadi pada para pejuang-pejuang bangsa Indonesia tercinta, dibawah janji suci kepada Dwi warna Sang Merah putih, mereka merelakan bakti, mengorbankan jiwa dan raga demi membela bangsa dan negara. Bagaimanapun juga penjajahan harus dilawan, walau jiwa dan raga menjadi taruhannya. Ibu pertiwi menanti, ibu pertiwi menanti, tunjukkan baktimu pada nusa dan bangsa,  bangkitlah wahai para pemuda, bangkitlah para taruna sejati untuk membela negeri tercinta.

Adalah Letda Sucipto, seorang tokoh perjuangan kemerdekaan di masa Agresi Militer Belanda II yang menurut catatan sejarah melakukan pendaratan di pantai Glondong Tambakboyo pada tanggal 18 Desember 1948. Perlawanan rakyat dan tentara pun pecah, pertempuran terjadi di mana-mana, dan salah satunya terjadi di dusun Tapen desa Sidoharjo Kec. Senori. Letda Sucipto  yang saat itu memimpin perlawanan gugur bersama beberapa anak buahnya di area persawahan di desa setempat.

Oleh warga Letda Sucipto dimakamkan di desa Saringembat, tepatnya yang sekarang berdiri bangunan SDN Saringembat 03. Sedang tempat di mana mereka gugur dibuatlah dua buah tugu peringatan. Namun sayang tugu itu tidak ada prasastinya yang menyebutkan sebagai tugu apa, dan tugu itu tidak mendapatkan perawatan dari pemkab maupun dari pihak desa setempat. Semoga ke depan tugu itu mendapatkan perhatian, syukur-syukur diberi tulisan, atau gambar ilustrasi  mengenai kisah heroik dari Letda Sucipto.

Sekitar tahun 1970-an, makam Letda Sucipto dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan yang ada di Tuban. Untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa beliau pemerintah Kabupaten Tuban membuat tugu patung Letda Sucipto yang berdiri gagah di bundaran depan gedung DPRD Tuban. Patung itu sebagai tetenger, sebagai monumen untuk mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita, sebagaimana yang selalu di gembar-gemborkan oleh para bijak bahwa “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya”. Jas merah ujar Bung Karno, Jangan Sekali-sekali melupakan sejarah.

Tugas kita generasi sekarang mengingat dan menyalakan kembali semangat pengorbanan para pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa dan negara ini untuk mengusir penjajahan. Mari menjaga semangat perjuangan, dan mengobarkan sikap merdeka dari segala bentuk penjajahan agar bangsa ini menjadi bangsa yang berdikari, berdaulat, yang akan mengantarkannya menjadi bangsa yang adil makmur dalam ridho Allah Tuhan seru sekalian alam. Salam Merdeka !!!.


*Joyojuwoto, lahir di Tuban, Anggota Komunitas Kali Kening; Santri dan Penulis buku “Jejak  Sang Rasul” tinggal di www.4bangilan.blogspot.com.

1 komentar: