Minggu, 05 Juni 2016

Surat Untuk Bupati Tuban Periode 2016-2021

Surat Untuk Bupati Tuban Periode 2016-2021

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Wa ba’du

Kepada yang terhormat Bapak Bupati Tuban periode 2016-2021 KH. Fathul Huda, pertama-tama ijinkan saya memperkenalkan diri walau pada dasarnya perkenalan ini hanyalah sebuah basa-basi. Namun demi sebuah kata yang bernama sopan-santun dan unggah-ungguh maka saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Joyojuwoto, saya berasal dari wilayah Kab. Tuban paling barat tepatnya dari kecamatan Bangilan. Walau mungkin perkenalan ini tidak penting namun saya berharap suatu saat Bapak Bupati Tuban mengenal saya dan sempat menyebutkan nama saya, Joyojuwoto dari Bangilan.

Dalam surat saya ini nanti mohon maaf sekali kepada Bapak Bupati Tuban, jika saya langsung menyebut nama panjenengan tanpa ada embel-embel Bapak Bupati. Karena saya anggap nama panjenengan sudah sangat ma’rifat sekali tanpa perlu menyebutkan bahwa panjenengan adalah Bupati Tuban, saya kira semua orang se-Kabupaten Tuban pun sudah tahu bahwa Pak Huda yang saya maksud adalah Bupati Tuban yang akan dilantik untuk periode yang kedua ini. selamat ya Pak Huda atas pelantikan panjenengan, semoga Tuban ke depan di bawah kebupatian panjenengan menjadi lebih baik sebagaimana yang Pak Huda cita-citakan bersama rakyat Tuban seluruh.

Saya memanggil dengan sebutan Pak Huda, biar terasa dekat dan akrab, karena bagaimanapun juga saya juga terlahir dari rahim Bumi Tuban ini, sehingga siapapun Bupatinya saya berhak mengaku bahwa saya juga salah satu dari anak-anaknya. Tidak perlu khawatir Pak Huda, walau saya menisbatkan diri sebagai anak panjenengan, namun saya tidak akan meminta sepeserpun uang saku sekedar untuk berangkat sekolah, atau uang jajan, namun kalau Pak Huda sendiri yang memberi tentu saya tidak akan sanggup untuk menolaknya. J

Pak Huda yang mulia ijinkan saya menulis sepatah dua patah kata kagem panjenengan, anggap saja surat ini adalah surat cinta dari seorang anak kepada bapaknya. Tentu saja yang namanya anak kadang suka manja dan menuntut lebih kepada orang tuanya, jadi kalau surat saya nantinya berisi tuntutan-tuntutan mohon disikapi sebagaimana seorang bapak kepada anaknya juga.

Lima tahun berlalu Tuban berada di bawah kepemimpinan panjenengan Pak Huda, dinamika kehidupan tentu telah kita rasakan bersama. Program-progam unggulan pun telah berusaha panjenengan laksanakan semaksimal mungkin. Sebagai seorang Bupati Pak Huda sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk rakyat Tuban. Walau tentu di sana-sini masih banyak yang bilang begini dan begitu, namanya orang banyak pak saya kira itu suatu kewajaran. Protes boleh, menuntut tidak ada larangan, usul diperkenankan, bahkan sampai asal usul pun monggo kerso.

Pak Huda saya kok punya angen-angen, tidak tahu apakah angen-angen saya ini bisa menjadi sebuah realita atau tidak. Sebenarnya angen-angen saya tidak muluk-muluk pak, saya cuma berusaha ikut memikirkan kepentingan masyarakat Tuban itu saja. Ya ini memang sebuah kontribusi yang bukan apa-apa, dan sebenarnya saya malu untuk mengatakannya, namun setidaknya saya juga ingin ikut mengabdikan diri saya untuk masyarakat pak, walau mungkin baru sebatas renungan.

Langsung saja pak angen-angen saya begini, masyarakat Tuban adalah masyarakat yang majemuk baik dari segi sosial, politik, budaya, maupun ekonominya. Kemajemukan ini adalah hal yang patut untuk disyukuri bersama. Walau majemuk tapi saya yakin masyarakat Tuban sudah sangat dewasa dan pakarnya dalam menghadapi aneka perbedaan-perbedaan itu semua. Jadi hal ini tidaklah menjadi persoalan. Masyarakat Tuban adalah masyarakat yang tangguh untuk bisa menghadapi segala problematika dalam kehidupannya.

Bukan berarti kalau masyarakat kita sudah khatam dengan aneka problematika hidup lantas kita puas dengan keadaan ini. kita boleh puas dan bangga dengan kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang semakin hari semakin baik, namun rasa puas dan bangga ini jangan sampai mematikan daya kreatifitas kita untuk berpedoman terus dan terus lebih baik dari hari kemarin. Diantara hal untuk lebih baik yang saya angankan adalah masyarakat bisa memenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik dan dapat menikmati hak-hak hidup dalam bermasyarakat dengan penuh bermartabat.

Riilnya begini pak Huda, masyarakat butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat butuh pelayanan kesehatan yang baik,masyarakat butuh pelayanan pendidikan yang representatif. Jika pak Huda mampu menyediakan hal-hal dasar itu saya kira masyarakat akan hidup bahagia di bawah kepemimpinan bapak. Saya tidak mengatakan sekarang mereka tidak bahagia, hanya saja kebahagiaan masyarakat perlu ditingkatkan lagi pak.

Untuk mendukung peningkatan kebahagiaan dan kesejehteraan masyarakat Tuban jikalau pemerintah daerah bisa memfasilitasi dan menyediakan tentu sangat layak, dan itu sudah seharusnya karena salah satu dari tugas pemerintah adalah mengayomi masyarakatnya. Oleh karena itu saya usul di tiap-tiap kecamatan hingga nantinya berakar ke desa-desa dan pedusunan-pedusunan untuk dibentuk sebuah lembaga semisal badan Baitul Mal. Lembaga resmi ini ditunjuk dan dibentuk oleh pemerintah  kabupaten dengan pertimbangan pendekatan kerakyatan tentunya. Maksud saya lembaga ini dibentuk bukan atas dasar ini orang dekatnya bupati, ini orang dekatnya si anu yang menjadi tim sukses, dan lain-lainnya yang mengarah pada KKN-isme. Namun lembaga ini terbentuk dari nurani masyarakat sehingga benar-benar mampu memberikan pengabdian terbaik untuk umat. Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat yang sebenar-benarnya.

Baitul Mal ini bisa kita kita katakan sebagai sintesa dari Baitul Mal yang mencontoh model dan sistem era kepemimpinan Khulafa’ur rasyidin yang fungsinya membackup kepentingan ekonomi masyarakat di wilayahnya. Saya tidak ingin mengatakan nantinya Pak Huda yang harus memikul karung-karung beras sendiri di tengah-tengah malam seperti Khalifah Umar Bin Khattab untuk membantu rakyatnya yang membutuhkan. Nantinya bisa dibentuk petugas khusus yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung. 

Sumber keuangan Baitul Mal ini ada dua, pertama dari pemerintah dan yang kedua dari masyarakat sendiri. Dari pemerintah jelas nanti bisa dialokasikan dari APBD sedang dari masyarakat bisa diambilkan dari zakat, infaq, dan sedekah. Sekarang pun mungkin sudah ada lembaga semisal itu, namun keberadaannya kurang terasa dan kurang revolusioner hingga tidak memberikan efek yang signifikan di tengah-tengah masyarakat. Wujuduhu ka’adamihi, adanya seperti tidak adanya.

Gerakan Baitul Mal ini biar terasa harus disosialisasikan dengan masif dan terukur hingga semua orang tahu. Bisa dikatakan ini nantinya dijadikan sebagai program unggulan Kabupaten Tuban yang merepresentasikan diri sebagai Bumi Wali. Dengan spirit Bumi Wali ini nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya harus diaplikasikan dan diterjemahkan secara riil ke dalam ranah kehidupan masyarakat Tuban secara menyeluruh, sehingga slogan Tuban Bumi Wali tidak hanya sekedar slogan saja.

Dengan adanya Baitul Mal ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti membangun klinik-klinik bahkan rumah sakit di tingkat kecamatan, menyediakan mobil ambulance di tiap-tiap dusun, membantu masyarakat yang perekonomiannya lemah, memberikan bantuan modal usaha bagi masyarakat, hingga membantu anak-anak usia sekolah untuk menikmati masa belajarnya dan lain sebagainya.

Untuk masalah sistem dan birokrasi dari Baitul Mal ini jangan terlalu birokratif yang njlimet, baik yang berkenaan dengan pengelolaan maupun pendistribusian, yang terpenting adalah mengedepankan transparansi dan akuntabilitas serta pertanggung jawaban baik di depan hukum negara maupun hukum Tuhan. Oleh karena itu Pak Huda, untuk membentuk sistem Baitul Mal ini tidak hanya mempersiapkan sistem birokrasi yang harus baik namun masyarakatnya juga harus diedukasi agar bertanggung jawab penuh dengan Baitul Mal ini. Baik itu pertanggung jawaban sebagai pengelola maupun sebagai masyarakat yang akan memakai jasa dari Baitul Mal.

Demikian Pak Huda yang menjadi angen-angen saya, mohon maaf jika surat saya menyita waktu istirahat panjenengan. Saya tidak berharap apapun dari surat saya ini, karena seharusnya “saya-saya” siapapun namanya dan orangnya punya hak dan kewajiban yang sama untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi masyarakat sebagai wujud  pertanggung jawaban kita kepada Tuhan sebagai khalifah fil ardhi demi mewujudkan perikehidupan yang rahmatan lil ‘alamin.
Akhirul kalam, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Joyojuwoto

1 komentar: