Selasa, 17 Mei 2016

Serat Darmo Gandhul : Upaya Diskriminasi Masuknya Islam Ke Nusantara

Serat Darmo Gandhul :
Upaya Diskriminasi Masuknya Islam Ke Nusantara

Masa lampau kadang menjadi tempat berlindung dan menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya bagi kelompok-kelompok tertentu yang tersingkir dan terpinggirkan dari sebuah peristiwa sejarah. Karena masa lampau sudah terjadi dan tidak mungkin untuk kita tilik kembali maka diperlukan sejumlah fakta dan data yang valid yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk mempercayai suatu peristiwa masa lampau. Jadi tidak dengan sekedar menjadikan suatu data sejarah adalah sebagai sebuah kebenaran tanpa kita gunakan pendekatan-pendekatan ilmu pengetahuan yang kridibel. Bukan hanya sekedar comot sana, comot sini asal sesuai dengan kepentingan kita.

Semisal serat Darmo Gandhul, biasanya data-data dalam serat ini banyak dipakai oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin mendiskritkan masuknya Islam ke Nusantara. Islam yang dibawa oleh Walisongo ke tanah Jawa dan Nusantara yang pada umumnya telah diterima dengan baik oleh penduduk Nusantara dengan damai berusaha diusik dengan isu-isu yang tidak bertanggungjawab. Darmo Gandhul adalah sebuah karya tulis yang dianggap bahkan dijadikan rujukan sejarah oleh orang-orang yang ingin merusak citra Islam.

Diantara citra yang ingin dibangun oleh tulisan seseorang yang mengaku dengan nama Ki Kalamwadi adalah mengenai suksesi keraton Majapahit menuju era Demak Bintoro. Dalam serat Darmo Gandhul disebutkan bahwa Dewan Walisongo dianggap yang mendalangi runtuhnya keraton Majapahit dengan cara mendukung dan memerintahkan Raden Patah yang juga putra dari Prabu Brawijaya untuk menyerang kedudukan ayahnya sendiri sebagai raja. Padahal dalam sejarah keruntuhan keraton Majapahit yang ditandai dengan sengkalan “Sirna Ilang Kertaning Bumi” adalah disebabkan oleh perang Paregreg yang berkepanjangan.

Perang saudara antara Keraton Majapahit Brang Wetan yang dipimpin oleh Bhre Wirabhumi dan Keraton Majapahit Brang Kulon di bawah pimpinan Prabu Wikramawardhana inilah yang menjadi sebab kemunduran dari kerajaan Majapahit. Perang Paregreg ini benar-benar merobek-robek kekuatan dan kebesaran Majapahit yang dulu pernah jaya di Era Hayam Wuruk dengan Maha patih Gajah Mada.

Fakta-fakta sejarah yang demikian tidak disinggung sama sekali oleh Ki Kalamwadi dalam serat Darmo Gandhulnya. Ia hanya berusaha menyudutkan agama Islam yang baru masuk ke Tanah Jawa. Sebenarnya tulisan Ki Kalamwadi sama sekali tidak bisa disebut sebagai sumber sejarah. Menurut Prof. Dr. Hasanu Simon dalam bukunya “Misteri Syekh Siti Jenar” (2004) Serat Darmo Gandhul ini ditulis sekitar tahun 1908 tanpa menggunakan rujukan yang jelas dan objektif. Si penulis sendiri pun tidak berani menunjukkan identitasnya dan menggunakan nama samaran Ki Kalamwadi. Sebagaimana tulisan-tulisan yang senada semisal Serat Gatholoco yang isinya juga menjelek-jelekkan Islam juga tidak ditemukan siapa penulisnya. Di sini sudah tampak jelas akan lepas tangannya penulis terhadap apa yang dituliskannya.

Selain berisi distorsi sejarah terhadap Raden Patah yang dianggap sebagai anak durhaka karena telah melawan orang tuanya sendiri, Serat Darmo Gandhul juga berisi hujatan-hujatan terhadap dewan wali khususnya Sunan Ampel dan Sunan Bonang. Sunan Ampel dianggap tidak memiliki adab dan kesantunan serta tidak mengenal balas budi. Dulu awalnya datang ke Jawa diterima dengan baik oleh Raja Majapahit, namun seiring dengan berjalannya waktu justru para wali itu menusuk raja Majapahit dari belakang. Sedang Sunan Bonang mendapatkan tempat yang cukup banyak dalam serat ini. Dinyatakan Sunan Bonang pergi ke daerah Kediri di sana Sunan Bonang dianggap melakukan perbuatan yang tidak terpuji, diantaranya mengutuk gadis dan perjaka tidak laku kawin, mengubah arah aliran sungai Brantas hingga menyengsarakan masyarakat, hingga merusak patung-patung buatan Prabu Jayabaya. Dalam serat itu diceritakan Sunan Bonang berdebat dengan Raja Jin Butolocaya dan Sunan Bonang merasa kalah dalam berdepat sehingga melakukan perbuatan yang semena-mena.

Dilihat dari kacamata sejarah ilmiah jelas cerita-cerita mengenai perjalanan Sunan Bonang ke wilayah Kediri yangkemudian mengutuk perawan desa, memindahkan aliran sungai, tidaklah masuk akal. Kisah ini hanya ada dalam legenda saja yang tidak jelas sumbernya. Karya tulis semisal ini ada saja yang memakainya sebagai sumber sejarah dan dianggap sebagai suatu kenyataan. Apalagi serat ini ditulis empat abad sesudah peristiwa suksesi Majapahit ke era Demak Bintara.


Jadi sangat jelas dan gamblang serta wela-wela bahwa Serat Darmo Gandhul ada dan ditulis dalam rangka untuk mendiskritkan ajaran Islam. Dan serat ini lebih menyerupai sebuah karya sastra fiksi yang memiliki misi terselubung dan terang-terangan merusak citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Joyojuwoto

1 komentar:

  1. Menarik sekali pembahasannya. Saya gak tahan baca Darmogandhul. Narasi menjelekkan Islam kental sekali.

    BalasHapus