Minggu, 27 Maret 2016

Membaca Ayat Tuhan di Telapak Tangan

Membaca Ayat Tuhan di Telapak Tangan

Ilmu Allah sangatlah luas, semakin kita membenamkan diri ke dalam lautan ilmu-Nya maka kita akan semakin merasa dalam kebodohan. Ilmu Allah seluas samudera sedang manusia hanya mampu melihat dan menguasai setitiknya saja, banyak rahasia-rahasia ilmu Allah yang perlu kita sibak dan kita renungkan agar dapat mendekatkan diri ini kepada-Nya jua. Rahasia-rahasia ilmu Allah sebenarnya telah dibentangkan di jagad semesta ini baik yang tertulis di dalam kitab-Nya ataupun yang dapat kita gali melalui ayat-ayat kauniyahnya.

Manusia dari jaman dahulu hingga yang akan datang tidak akan pernah  purna menyibak hakekat dan rahasia-rahasia keajaiban semesta yang diciptakan Tuhan. Mulai dari hal yang  kecil hingga ke hal-hal yang besar, mulai dari hal-hal yang dekat dengan kita hingga hal-hal yang jauh dari jangkauan diri kita. Allah SWT selalu menyuruh hamba-Nya untuk terus mengeksplor dan mencari-cari potensi dari seluruh ciptaan di alam semesta karena sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan sesuatu dengan kesia-siaan belaka. Selalu ada rahasia besar di balik penciptaan Allah SWT.

Penciptaan makhluk yang bernama manusia Allah SWT telah membuat sebuah masterpiece yang luar biasa. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna Fii Ahsani Taqwim dalam bahasa Al Qur’annya. Sebagaimana yang termaktub dalam surat At Tin ayat : 4 Allah SWT berfirman :
لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم
Artinya : Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tin : 4 )

Struktur tubuh manusia juga mengandung rahasia yang luar biasa. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki tidak ada yang sia-sia pasti di situ ada potensi yang seandainya kita gali dan kita tuliskan dalam lembaran-lembaran kertas maka akan menjadi buku tebal  berjilid-jilid yang tiada habis untuk kita kupas. Karena pada dasarnya manusia adalah gambaran kecil dari semesta itu sendiri.

Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan agar manusia memikirkan penciptaan alam semesta termasuk memikirkan penciptaan terhadap manusia itu sendiri. Dalam surat Adz-Dzariat ayat 21 Allah SWT berfirman :
و في أنفسكم أفلا تبصرون
“Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan ?

       Demi memikirkan penciptaan manusia mari kita renungi salah satu anggota tubuh manusia yang berupa tangan. Tangan adalah organ yang diciptakan secara berpasangan dari tubuh manusia yaitu berada di sisi kiri dan sisi kanan tubuh kita. Tangan ini memiliki peranan yang sangat penting sekali, karena hampir seluruh hasil karya cipta manusia diwujudkan melalui media tangan.

       Semenjak puluhan bahkan ribuan tahun yang lalu manusia berusaha menyingkap rahasia-rahasia yang berkenaan dengan tangan. Ilmu membaca tangan ini disebut dengan istilah palmistry dan telah dipakai oleh orang-orang semenjak zaman Mesir Kuno, Sumeria, Babilonia, hingga berkembang ke dunia Barat. Aristoteles 384-322 SM juga pernah menulis mengenai palmistry ini dalam artikelnya.

       Dari data dan informasi garis tangan inilah orang-orang berusaha menafsirkan bentuk dan modelnya, ada yang berusaha mengungkap informasi psikologis manusia melalui garis-garis tangan, hingga ada yang berusaha membaca informasi masa depan manusia yang berkenaan dengan kesehatan, jodoh, rezeki, hingga kematian manusia dari tangan pula.

       Bagi orang awam melihat informasi dari garis tangan dianggap tahayul dan klenik, namun seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dapat dibuktikan memang garis tangan masing-masing manusia memuat informasi pribadi, dan informasi ini bersifat sangat individual karena setiap orang memiliki bentuk garis tangan yang berbeda, walau seseorang itu terlahir kembar sekalipun. Inilah yang dalam dunia modern disebut sebagai sidik jari.

       Pengetahuan membaca garis tangan atau dikenal dengan istilah palmistry ini sebenarnya tidak beda jauh dengan disiplin ilmu-ilmu lain semisal ilmu ekonomi, ilmu prakiraan cuaca, atau ilmu-ilmu lain yang sifatnya membuat perkiraan atau mengestimasi dan memprediksi keadaan melalui tanda-tanda yang dapat dibaca dari keadaan atau situsai yang dialami oleh para pakar dibidangnya. Jadi ilmu palmistry ini masih mempunyai peluang untuk tidak tepat dalam menggambarkan objek yang dibaca sebagaimana perkiraan-perkiraan yang dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) dalam meprediksi datangnya musim.

       Apakah bentuk tangan dan jari manusia dapat memberikan informasi terkait kehidupan manusia sejak dahulu hingga masa yang akan datang ?

       Dalam ilmu palmistry atau orang jawa menyebutnya rajah tangan memang mengandung informasi-informasi tentang seseorang, dan ini jangan dimaknai klenik terlebih dahulu. Karena pada dasarnya hal ini bisa dibuktikan secara ilmiah, dan ini mengenai bahwa tangan mengandung unsur informasi juga telah disatir di dalam Al Qur’an dalam surat Yasin ayat : 65 yang artinya :
  
65. pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin : 65)
      
Ternyata besok di akhirat tangan akan berbicara dan memberikan informasi serta kesaksian atas apa yang kita lakukan, sedang mulut kita terkunci rapat tidak bisa berbicara layaknya mulut kita hari ini. jadi sebenarnya tangan-tangan kita dan anggota tubuh yang lain sebenarnya menyimpan data-data dari pemiliknya, jika seseorang mampu membaca data-data tersebut mungkin dengan kemampuan intuisi, atau menggunakan metodologi dan cara-cara tertentu semisal ilmu titen menurut orang Jawa maka tidak aneh jika ada orang-orang yang memang diberi kelebihan oleh Allah SWT membaca garis telapak tangan, bentuk tangan, dan ukuran jari-jari manusia.

       Dalam ilmu palmistry modern terdapat sebuah metodologi untuk mengelompokkan bentuk tangan berdasarkan kriteria tertentu, setidaknya terdapat empat kriteria bentuk tangan yang mewakili informasi seseorang. Bentuk itu adalah :
1.      Earth (bumi), orang yang memiliki tipe bentuk telapak tangan seperti ini biasanya praktis, pekerja keras, dan realistis.
2.      Fire (api), bentuk telapak tangan api biasanya orangnya memiliki karisma yang tinggi cocok menjadi seorang pemimpin. Sifat negatifnya tipe seperti ini cenderung mudah bosan dan frustasi.
3.      Water (air), Sifat yang biasanya dimiliki oleh pemilik bentuk ini orangnya cenderung introvert, kurang realistis. Walau demikian biasanya mereka sangat sabar suka memelihara sesuatu.
4.      Air (udara), bentuk telapak tangan tipe ini biasanya orangnya pintar, rasional, dan teratur. Biasanya mereka mempunyai daya kreativitas yang tinggi, lebih mengutamakan logika daripada perasaan.

       Selain metodologi melihat bentuk telapak tangan sifat seseorang juga dapat dilihat dari bentuk jari-jarinya, garis-garis tangannya, warna kukunya dan lain sebagainya. Ketepatan dalam membaca bentuk tangan dan jari manusia bukanlah mutlak, banyak sisi-sisi lain yang mendukung data-data itu sehingga jangan mudah mengklaim dan mengatakan orang itu begini dan begini karena semuanya tentu kembali kepada Allah SWT karena manusia tidak diberi ilmu kecuali hanya sedikit saja.

       Bentuk tangan, sidik jari, bentuk ruas jari-jari manusia hanyalah sedikit tanda dari Allah agar manusia memikirkan bahwa tidak ada yang sia-sia dari apa-apa yang diciptakan oleh-Nya. Disetiap penciptaan di alam semesta ini tentu ada kode-kode rahasia yang menunjukkan tanda-tanda dari kebesaran-Nya. Ruas-ruas lima jari tangan manusia jika diperhatikan dengan seksama memiliki jejak asma Allah. Jari kelingking mewakili huruf Alief, jari manis dan jari tengah menyerupai dua huruf Lam (lam double), sedang jari telunjuk ke arah ibu jari membentuk huruf Ha’. Jika digabungkan akan tarangkai asma Allah SWT, begitu juga garis-garis telapak tangan manusia juga membentuk simbol 99 asma’ul husna, di telapak tangan kiri kita adalah simbol angka arab 81, sedang di telapak tangan kanan kita simbol angka 18, jika ditambahkan maka jumlahnya adalah 99 sebagai simbol asma’ul husna. Wallahu a’lam bisshowab.

       Maka Maha benar Allah dengan segala firman-Nya, dalam surat Fushshilat ayat 53 Allah SWT berfirman :
óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky­ ÇÎÌÈ  
53. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Joyojuwoto


Ayo berkunjung ke Perpustakaan !

Ayo berkunjung ke Perpustakaan !

Perpustakaan adalah jantung dari sebuah peradaban, masyarakat yang maju berbudaya dan beradab bisa dilihat dari simbol perpustakaannya. Lihatlah negara-negara yang maju tentu memiliki perpustakaan yang hebat, kota-kota yang berperadapan selalu menyediakan dirinya dengan perpustakaan yang memadai. Lihatlah dulu peradaban Islam di Bahgdad.

Kala itu Bahgdad sebagai mercusuar peradapan dunia melengkapi dirinya dengan perpustakaan Baitul Hikmah yang menyimpan ribuan bahkan jutaan buku di dalamnya. Baitul Hikmah tidak hanya sekedar sebagai tempat menyimpan buku, namun kegiatan ilmiah juga berlangsung sangat dinamis. Bahkan di era zaman peradapan kuno di dunia juga telah ditemukan catatan mengenai sebuah perpustakaan besar era peradapan Meshopotamia di lembah sungai Eufrat dan Tigris. Begitu juga di Mesir, Yunani Kuno, dan Romawi.

Saya berharap kelak di setiap desa, disetiap kecamatan terdapat perpustakaan yang representatif yang dapat diakses oleh masyarakat. Pemerintah bisa menganggarkan dana guna membangun perpustakaan di setiap balai desa atau kantor kecamatan. Selain itu kampanye membaca dan budaya literasi perlu dibangun agar masyarakat cinta buku, cinta ilmu sehingga masyarakat semakin maju.


Budaya cinta membaca sebenarnya bisa kita bangun dari rumah kita semenjak dini, seyogyanya orang tua punya kepedulian terhadap budaya membaca khususnya menanamkan semenjak dini kepada anak-anak. Seperti membuat perpustakaan keluarga, memberikan oleh-oleh buku kepada anaknya, membacakan dongeng sebelum tidur, dan sekali-kali meluangkan waktu berkunjung ke perpustakaan bersama keluarga, dan hal-hal lain yang tentu bisa menunjang kecintaan anak terhadap buku.

Perpustakaan jika baik dan dikelola dengan baik tentu akan mengundang minat baca masyarakat, semisal dilengkapi sarana bermain, tempat duduk yang nyaman,  atau bahkan seperti Taman Baca Masyarakat yang ada di Bakalan Singgahan milik Bu Muawanah dilengkapi dengan taman satwa. Ini tentu menarik minat anak untuk berkunjung ke perpustakaan. Biaya yang dibutuhkan untuk sebuah perpustakaan yang terintegrasi dengan taman bermain dan taman satwa membutuhkan dana yang besar, namun sesuatu yang besar tentu juga harus diraih dengan hal-hal yang besar pula.

Saya merasa bersyukur dan berterima kasih kepada beliau yang mendedikasikan baktinya untuk mencerdaskan anak bangsa dengan adanya taman baca yang beliau kelola. Semoga ini menjadi amal baiknya yang akan memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar khususnya dan untuk Indonesia tercinta pada umumnya.

Saya punya harapan perpustakaan kelak mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat tentunya agar perpustakaan menjadi semacam jujugan warga masyarakat agar dapat dijadikan sebagai ajang silaturrahmi, ajang rekreasi, dan ajang menuntut ilmu tentunya.

Ayo teman-teman yang berada di garis lingkar Singgahan, Senori, Bangilan meluangkan akhir pekannya bersama keluarga mengunjungi perpustakaan.  Joyojuwoto

Kamis, 24 Maret 2016

Apakah Kebahagiaan itu ?

Apakah Kebahagiaan itu ?

Hampir mayoritas orang jika ditanya tentang apa yang dicari dikehidupan ini tentu mereka akan menjawab bahwa yang dicari adalah kebahagiaan. Punya harta banyak biar bahagia, punya mobil mewah agar supaya bahagia, punya sawah-ladang yang luas juga karena ingin hidup bahagia. Punya istri cantik, anak-anak yang banyak dan membanggakan juga bermuara pada kebahagiaan itu sendiri. Begitulah anggapan umum masyarakat bahwa kebahagiaan terletak pada aspek keduniaan semata.

Lalu ketika seseorang telah meraih semua keinginan duniawinya itu apakah secara otomatis ia akan bahagia ?  Berapa banyak orang yang mampu dan sukses secara materi namun hatinya kering dan jauh dari kata bahagia. Dan banyak pula orang yang mungkin dianggap tidak mampu mewujudkan  cita-citanya dianggap kehidupannya tidak bahagia.

Kata bahagia sendiri bermakna relatif, menyesuaikan interpretasi dan kondisi hati seseorang. Belum tentu jika kita melihat seseorang dengan menaiki mobil mewah lantas ia sedang bahagia, begitu juga sebaliknya jika kita melihat seseorang hanya mengayuh onthel lantas ia tidak bahagia. Bahagia memang suatu perkara yang seseorang berbeda-beda di dalam merasakannya.

Bahagia bagiku sangat sederhana, tak perlu syarat dan alasan yang macam-macam untuk bahagia. Tidak perlu menunggu punya rumah mewah baru bahagia, tidak perlu menunggu punya mobil yang mahal baru bahagia, tidak perlu menunggu terkenal dan banyak fans sehingga membuat bahagia. Cukup bahagia adalah ketika kita memang menginginkan kebahagiaan itu sendiri titik. Hilangkan semua prasyarat-prasyarat untuk bahagia. Jangan mempersyaratkan faktor apapun untuk bahagia, maka engkau akan bahagia. Nikmati dan sukuri apa-apa yang dianugerahkan Tuhan maka engkau akan bahagia, tak peduli ditanganmu ada ataupun tidak ada harta benda kekayaan duniawi.

Kebahagiaan selalu ada pada setiap kondisi manusia, baik ia dalam kondisi kesulitan ataupun dalam kondisi lapang, tinggal tatanan hati kita bagaimana. Jika ada kesulitan dan itu kita anggap sebagai peluang untuk berjuang dalam hidup maka alangkah nikmatnya kesulitan demi kesulitan itu. Sedang jika dalam kondisi lapang kita juga akan mensyukurinya, dan betapa bahagianya orang-orang yang mau bersyukur atas segala nikmat Tuhan. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya, dalam surat Ar Rahman disebutkan :

b$t/Éjs3è?$yJä3În/uÄdr ÏäIw#uä 'Î7sù È
13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Kalimat Fabiayyi alaa’i rabbi kuma tukadzdziban oleh Allah diulang-ulang sebanyak tiga puluh satu kali di dalam surat Ar Rahman agar manusia ingat akan limpahan kasih sayang dan nikmat Tuhan yang tak terkira jumlahnya agar manusia senantiasa mensyukurinya.
Jika kita mau menghitung-hitung nikmat Tuhan tak ada alasan bagi kita untuk tidak bahagia. Wa in tauddu ni’matallahhi la tuhsuuha, dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya.

Oleh karena itu bahagiakanlah diri kita dengan sederhana, tanpa perlu repot-repot mencari persyaratan kebahagiaan yang macam-macam, ataupun dengan mendefisinikan bahagia dengan berbagai macam pengertian yang justru akan merusak kebahagiaan itu sendiri.  Karena siapapun anda, tanpa memandang dari hal apapun jua Anda layak bahagia. Selamat Berbahagia.

Jumat, 18 Maret 2016

Larangan Menyebut Nama Yatsrib

 Larangan Menyebut Nama Yatsrib

Sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah kota ini dulu dikenal dengan sebutan Yatsrib, sebuah kota yang memiliki peranan sangat penting dalam perkembangan dakwah Islam.  Disebut sebagai Yatsrib karena kota ini didirikan oleh Yatsrib bin Qonayah seorang keturunan dari Kabilah Amaliqah. Penduduk kota ini beragam terdiri dari suku-suku keturunan Yahudi dari berbagai kabilah dan juga termasuk dua suku yang menerima dan memberikan pertolongan terhadap dakwah Nabi yaitu suku Auz dan Khazraj.

Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib kota ini lebih dikenal dengan sebutan “Madinat an-Nabi” atau kota Madinah al-Munawwarah. Nabi Muhammad SAW lebih sering menyebut kota ini dengan sebutan Thaibah, Thabah, dan Madinah. Beliau enggan menyebut kota Yatsrib sebagaimana yang diceritakan oleh Ahmad bahwasanya Rosulullah SAW bersabda : “Barangsiapa menyebut Madinah dengan nama Yatsrib hendaknya mohon ampun kepada Allah. Kota itu adalah Thabah, kota itu adalah Thabah.”
Sedang menurut as-Suyuthi menyebutkan bahwa Ibnu Abbas meriwayatkan, “Rosulullah bersabda : “Jangan menyebut Yatsrib, sebab kota itu bernama Thaibah, kota itu bernama Thaibah, kota itu bernama Thaibah.”

Dalam Al Qur’an sendiri Allah SWT menyebut kota ini dengan nama Madinah, seperti  dalam surat at-Taubah : 101, 120; al-Ahzab 60; dan surat al-Munafiqun : 8.  Begitu juga dalam ayat-ayat lain yang secara umum banyak menyebut istilah Madinah yang bermakna kota seperti pada surat al-A’raf : 123; Yusuf : 30; al-Hijr : 67; al-kahfi : 19, 82; an-Naml : 48; al-Qashash : 15, 18, 20; al-Ahzab : 60; dan surat Yasin : 20.


Mengenai keengganan Rosulullah SAW menyebut Madinah dengan nama Yatsrib menurut Ibnu Hajar hal ini berkenaan dengan makna dari kata Yatsrib itu sendiri.  Yatsrib berasal dari  kata tatsrib yang berarti “celaan” atau “cacian”, atau juga berasal dari kata tsarab yang berarti “hancur.” Kedua makna tersebut tidak memiliki makna yang positif, sehingga Rosulullah SAW lebih senang menyebut kota ini dengan nama yang baik dan beliau tidak menyukai nama-nama yang bermakna buruk dan tercela.

Kamis, 17 Maret 2016

Apalah Arti Sebuah Nama

Apalah Arti Sebuah Nama

Apalah arti sebuah nama begitu kira-kira yang diucapkan oleh William Shakespeare, bagi sastrawan dan budayawan asal Inggris nama tidaklah penting karena nama tidak merubah apapun dari  dzat bendanya. “What’s is an Name ? That Which we call a rose by any other name would smell as” “Apalah arti sebuah nama ? Andaikata kamu meberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.” Mawar tetaplah mawar yang berbau wangi walau orang menyebutnya dengan nama lain. Begitulah kira-kira perkataan dari Shakespeare.

Sebenarnya tidak ada yang salah apa yang diucapkan oleh Shakespeare, karena pada hakekatnya ia sedang berbicara mengenai esensi suatu benda. Kejujuran dan kemurnian yang menjadi cara berfikirnya sehingga ia tidak memiliki prasangka yang tidak baik mengenai sebuah nama. Shakespeare sedang memandang isi bukan kulit, Shakespeare sedang mengajarkan kemurnian, keaslian, bukan hanya sekedar topeng dan lip service semata. Lebih penting lagi perkataan dari Shakespeare ini juga ada latar belakangnya, ada asbabul kalamnya, jadi tidak bisa kita tafsirkan tanpa memenuhi dan menyertakan unsur-unsur pembentuknya.

Lalu benarkah nama memang tidak penting sama sekali ?

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa nama sangatlah penting bagi sebuah penyebutan. Nama adalah tanda, nama adalah doa begitu kepercayaan yang dianut secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa. Tidak heran dalam memberikan nama kepada anaknya masyarakat Jawa sangat hati-hati, selain itu memberi nama pada anak tidak sekedarnya saja bahkan ada semacam ritual khusus untuk memberikan nama bagi anaknya. Jika nama itu cocok maka akan dipakai namun jika dalam pemberian nama kok si anak sesudah itu sering sakit-sakitan biasanya namanya akan diganti dengan yang lebih cocok, agar si anak tidak lagi sakit.

Secara ilmiah entah nyambung entah tidak namun seperti itulah kepercayaan dan fakta yang ada di tengah-tengah masyarakat. Semisal nama Koesno yang diganti menjadi Soekarno karena sakit-sakitan, semenjak diganti menjadi Soekarno Koesna tidak lagi sering mengalami sakit. Bayangkan jika dulu nama Koesno tidak diganti belum tentu ia menjadi presiden, karena presiden pertama Indonesia bukan Koesno tapi Soekarno.

Harapan dan doa kebaikan disematkan orang tua melalui sebuah nama kepada anak-anaknya agar kelak mereka menjadi manusia-manusia yang mereka idam-idamkan. Ada orang tua yang ingin anaknya kaya maka diberi nama Soeharto, ada yang ingin punya anak cantik seperti bunga-bunga maka diberi nama Kinanthi, Sekar Arum, Dahlia dan lain sebagainya. Itulah arti dan makna sebuah nama bagi masyarakat Jawa.

Dalam pandangan Islam nama pun sangatlah penting sekali. Rosulullah SAW menganjurkan umat Islam jika memberi nama pada anak maka berilah nama yang terbaik dan menghindari pemberian nama yang jelek.. Hal ini terlihat dari larangan Rosulullah SAW memberikan nama yang memiliki makna tidak baik seperti nama Harb (perang). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar Rosulullah SAW bersabda : “Diantara nama kalian yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.”

Rosulullah SAW sangat-sangat memperhatikan urusan umat Islam hingga hal-hal yang kecil semisa pemberian nama bagi seorang anak. Rosulullah SAW sendiri juga banyak mengubah nama-nama yang memiliki arti tidak baik diubah menjadi yang lebih baik semisal nama Ashiyah (artinya orang yang bermaksiat) menjadi Jamilah (artinya cantik atau indah), mengubah nama Ashram (artinya tandus) menjadi Zar’ah (artinya subur), mengubah nama Hazan (artinya kesedihan) menjadi Sahal (artinya kemudahan). Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak baik diganti yang lebih baik.

Dalam ibadah haji zaman dahulu masyarakat Indonesia juga ada tradisi mengubah nama dari sebelum berangkat haji dan sesudah melaksanakan ibadah haji. Semisal nama Muhammad Darwis menjadi Haji Ahmad Dahlan, Yatmin menjadi Haji Yusuf, Alex menjadi Ali dan lain sebagainya. Namun era  sekarang tradisi mengubah nama sesudah melaksanakan ibadah haji sudah tidak marak lagi mengingat nama-nama sekarang sudah bagus-bagus dan indah sehingga tidak perlu diubah.

Demikianlah pentingnya sebuah nama dalam pandangan dan kepercayaan masyarakat Indonesia khususnya Jawa dan menurut ajaran agama Islam. Kesemuanya itu adalah usaha dan doa serta niat tabarrukan seseorang terhadap kebaikan, karena siapa yang berniat baik tentu Allah SWT akan memperkenankan niat baiknya. Sekian. Joyojuwoto

Bangilan, 17 Maret 2016