Sabtu, 31 Januari 2015

Catatan Kecil 2 Di Gerakan Tuban Menulis

 Catatan Kecil 2 Di Gerakan Tuban Menulis

Ini adalah catatanku yang kedua tentang GTM (baca : Gerakan Tuban Menulis). Sungguh harapan besar tersimpan dibenakku ketika ada undangan pelatihan menulis. Karena selama ini setidaknya untuk saya sendiri belum pernah mengikuti dan ada kegiatan tentang dunia tulis menulis di Kabupaten Tuban. Seakan kegiatan ini memang tidak penting sehingga tidak perlu diadakan oleh yang berwenang baik dari pihak Dikpora maupun Kemenag. Atau memang tulis menulis sudah menjadi hal lumrah dan biasa sehinga tidak pelu dibesar-besarkan dengan aneka seremonial yang njlimet. Lha wong nulis saja kok pakai berlatih segala. Bukankah kita sudah diajari menulis semenjak TK ?

Kalau kita melihat fakta tentang dunia literasi di Kabupaten Tuban sungguh miris, tak banyak penulis asli Tuban yang ikut meramaikan dunia kata. Mungkin ada semisal Muammar MK dengan Jakarta Undurgroundnya. Selain itu saya kurang mengenal penulis putra daerah yang berkibar di jagad perbukuan Indonesia. Sebenarnya banyak hal yang perlu ditulis dan dibukukan tentang seputar Tuban. Bisa tentang kebudayaannya semisal batik gedog, sejarah kotanya, folklore-foklore masyarakatnya, dan mungkin kalau kita tertarik bisa mengupas ulang tentang Ranggalawe, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Asmara Qondi dan Sunan-Sunan lain yang tentu dengan model dan pendekatan yang terasa aroma Tubannya. Dan tentu ini bukanlah pekerjaan mudah. Perlu banyak data dan fakta yang harus kita persiapkan.

Ini adalah PR besar buat kita dan buat generasi muda sekarang. Jangan sampai kebudayaan kita lenyap tak berbekas karena gerusan zaman. Karena saya kira semua tahu bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya. Dan saya sangat suka sebuah pameo yang dibuat oleh anak-anak muda Tuban di group medsos BAT (Blusukan Alam Tuban) bagus dan layak kita apresiasi “Kenali Budaya Sendiri, Ciptakan Karakter Bangsa”. Luar biasa kan.

Salah satu indicator sebuah bangsa besar adalah seberapa banyak warganya membaca dan menulis. Masyarakat yang melek baca dan melek menulis adalah masyarakat yang berperadapan, jadi jangan sampai kita hidup diabad yang dianggap modern dan berperadapan ini namun model masyarakat kita masih seperti di masa zaman batu.  Jangan sampai kita hanya menjadi masyarakat model food gathering. Masyarakat prasejarah. Karena yang membedakan zaman primitive dan zaman berperadapan adalah pada tulisan. 

Jadi menulis sangatlah penting, karena menulis itu mengikat informasi dan mengabadikannya. Dengan menulis kita sedang menenun sejarah agar tak dilupakan generasi mendatang. Jadi mari siapkan diri menjadi bagian dari para penenun sejarah yang gemilang. Salam. Jwt. 31.1.15

Senin, 26 Januari 2015

Foto-Foto Gerakan Tuban Menulis


Logo Gerakan Tuban Menulis




Foto bareng AAG (Anas Abdul Ghofur) 

Bersama Novelis Muda Ditta Hakha 




Foto bareng AAG


Tengah Pak Ngainun Naim




















“Catatan Kecil 1 di Gerakan Tuban Menulis”

“Catatan Kecil 1 di Gerakan Tuban Menulis”

Kemarin hari, Sabtu, 24/1/2015 saya mengikuti acara yang sangat istimewa. Istimewa disini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan tempat, orang-orangnya, ataupun kulinernya. Tempatnya biasa dan sederhana hanya disebuah sanggar belajar milik UPTD Kab. Tuban. Sanggar itu persisnya berada di sebelah timurnya SMA 1 Tuban.

Tidak ada hamparan karpet merah, tidak ada AC, tidak ada ruang khusus resepsionis, ya pokoknya sederhana, sesederhana acara yang diselenggarakan di dalamnya. Orang-orangnya pun biasa, bahkan sangat biasa. Tak ada yang berjas dan berdasi kayak anggota dewan yang saya tentu tak berani mengatakan kalau mereka bukanlah orang yang tak penting.

Tak ada wajah-wajah terkenal seperti yang akrab saya lihat di layar TV, yang dengan penuh semangat optimisme mengkampanyekan tentang nasib wong cilik dan kesejahteraan rakyat jelata. Walau mungkin ia sedang akting bermain opera ala anak TK, yah ! pokoknya teriak dan asal keras suaranya. Seolah-olah mereka adalah pahlawan yang patut dibanggakan. Mungkin mereka memang merasa sedang berjuang dan menjadi pahlawan, namun sayang hari terlanjur siang.

Orang-orang yang saya temui di pagi itu memang agak terlihat aneh. Namun aneh disini bukan mewakili kata istimewa. Siang begitu cerah matahari tak tertutup kabut dan keadaan terang benderang. Namun orang-orang itu membawa semacam lentera. Entah itu obor, entah itu lilin, eh..tidak, tidak keduanya. Apakah mereka itu keturunan tokoh  pewayangan Gatutkaca ? di dada mereka ada sinarnya. sinar itu berpendar dan beraura seperti cahaya umpling yang menarik laron-laron ke dalam kobarannya. Saya jadi ingat dulu waktu awal musim penghujan di desaku.

 Awal  musim hujan adalah berkah tak terkira bagi penduduk desa, selain musim bertanam telah tiba, biasanya awal musim hujan adalah musim berburu laron dan musimmnya jamur barat. Emakku biasanya pada malam hari meletakkan nampan yang diisi air kemudian di tengahnya diletakkan umpling yang menyala. Dengan sendirinya laron-laron itu akan mendekat dan terjebak di telaga nampan. Kemudian laron-laron itu tinggal diambil dan di goreng untuk lauk sarapan pagi.

Ah  tidak ! mungkin aku yang terlalu terbawa lamunanku hingga membayangkan mereka adalah manusia yang berlentera. Setahuku tidak ada manusia yang bisa memunculkan cahaya dari tubuhnya. Kecuali mereka menjalin hubungan ghaib dengan makhluk yang bernama kunang-kunang. Tapi saya pernah mendengar dari guru ngajiku bahwa jika kita merutinkan wudhu insyallah wajah kita besok di akhirat akan bercahaya. Tapi ini masih di dunia, layar akhirat belumlah digelar.

Lalu apa yang tadi saya katakan istimewa ? tengoklah keatas di awal paragraf saya. Yang istimewa adalah acaranya kan ? ya acaranya keren banget temanya aja menyihir “Jalan Pintas Menjadi Penulis Buku”. Hah... tidak salah menjadi penulis itu istimewa. Siapa memang yang mau dan bercita-cita menjadi penulis. Jika kita ditanya tentang cita-cita kita, tentu dengan semangat akan bilang mau jadi dokter, jadi insyinyur, jadi polisi, tentara, pengusaha, jadi artis dan seabrek profesi keren lain yang menggoda selera mertua. Hanya orang-orang malas dan tak punya kesibukan saja yang mau menulis.  

Ya memang itu presepsi masyarakat luas tentang dunia tulis menulis, namun jangan salah , banyak orang yang sukses gara-gara menulis. Andrea Hirata terkenal dan kaya karena Tetraloginya Laskar Pelangi, Habiburrahman El Shirazy juga dikenal dunia lewat novelnya Ayat-Ayat Cinta. Yang paling fundamental tentu menulis bukan karena urusan terkenal dan uang saja, menulis adalah perjuangan, sebuah proses untuk ikut andil dalam menuangkan ide dan gagasan dalam membangun peradapan dunia. Bukankah tokoh-tokoh besar negeri ini juga berjuang dengan tulisannya ? Soekarno melawan kesewenang-wenangan imperialisme dengan bukunya “Indonesia Menggugat”. Rendra, Pram, Wiji Thukul, mereka adalah tokoh-tokoh yang berjuang dengan tulisannya. Kata adalah daya, tulisan kadang lebih tajam dari peluru. Maka masihkah kita menyangsikan kehebatan dari sebuah tulisan. Waktu boleh berganti, umur boleh udzur,dan maut boleh menjemput,  namun tulisan akan terus hidup dan  ada untuk selama-lamanya. Seperti kata Pram, “Menulis adalah Bekerja Untuk Keabadian”. Jadi silahkan, silahkan menulis sekarang juga. Jwt.

Selasa, 20 Januari 2015

BOB SADINO



BOB SADINO

Sumber : http://echomouse.blogspot.com
Bob Sadino adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan  bukan berasal dari keluarga wirausaha. Bob berwirausaha karena “kepepet”, selepas SMA tahun 1953, ia bekerja di Unilever kemudian masuk ke Fakultas Hukum UI karena
terbawa oleh teman-temannya selama beberapa bulan. Kemudian dia bekerja pada McLain and Watson Coy, sejak 1958 selama 9 tahun berkelana di Amsterdam dan Hamburg. Setelah menikah, Bob dan istri memutuskan menetap di Indonesia dan memulai tahap ketidaknyamanan untuk hidup miskin, padahal waktu itu istrinya bergaji besar. Hal ini karena ia berprinsip bahwa dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin, dan ia pun bertekad untuk tidak jadi pegawai dan berada di bawah perintah orang sejak saat itu ia pun bekerja apa saja mulai dari sopir taksi hingga mobilnya tertubruk dan hancur , kemudian kuli bangunan dengan upah Rp 100 per hari.

Suatu hari seorang temannya mengajaknya untuk memelihara ayam untuk mengatasi depresi yang dialaminya,dari memelihara ayam tsb ia terinspirasi bahwa kalau ayam saja bias memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur,tentunya manusia pun juga bisa, sejak saat itulah ia mulai berwirausaha. Pada awalnya sebagai peternak ayam, Bob menjual telor beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Dalam satu setengah tahun, dia sudah banyak relasi karena menjaga kualitas dagangan,dengan kemampuannya berbahasa asing, ia berhasil mendapatkan pelanggan orang-orang asing yang banyak tinggal di kawasan Kemang, tempat tinggal Bob ketika itu.Selama menjual tidak jarang dia dan istrinya dimaki-maki
oleh pelanggan bahkan oleh seorang pembantu. Namun Bob segera sadar kalo dia adalah pemberi service dan berkewajiban memberi pelayanan yang baik, sejak saat itulah dia mengalami titik balik dalam sikap hidupnya dari seorang feodal menjadi servant, yang ia anggap sebagai modal kekuatan yang luar biasa yang pernah ia miliki. Usaha Bob pun berkembang menjadi supermarket, kemudian dia pun juga menjual garam,merica, sehingga menjadi makanan. Om Bob pun akhirnya merambah ke agrobisnis khususnya holtikultura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur konsumsi orang-orang Jepang dan Eropa dia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah untuk memenuhi. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira orang, dia sering berjumpalitan dan jungkir balik dalam usahanya. Baginya uang adalah nomer sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menemukan dan berani mengambil peluang.

Bob berkesimpulan bahwa saat melaksanakan sesuatu pikiran kita berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, apa yang ada pada diri kita adalah pengembangan dari apa yang telah kita lakukan. Dunia ini terlampau indah untuk dirusak, hanya untuk kekecewaan karena seseorang tidak ,mencapai sesuatu yang sudah direncanakan.Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah, yang penting adalah action. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan, setelah mengalami jatuh bangun, akhirnya Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman yang selalu dimulai dari ilmu dulu, baru praktek lalu menjadi terampil dan professional.

Menurut pengamatan Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu berpikir dan bertindak serba canggih, bersikap arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Om Bob selalu luwes terhadap pelanggan dan mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan, sehingga dengan sikapnya tersebut Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelangan akan membawa kepuasan pribadinya untuk itu ia selalu berusaha melayani klien sebaik-baiknya. Bob menganggap bahwa perusahaannya adalah keluarga, semua anggota keluarga Kem harus saling menghargai, tidak ada yang utama,semuanya punya fungsi dan kekuatan sendiri-sendiri.

Tokoh yang menjadi teladan dan sumber motivator para pengusaha ini tutup usia pukul 18.05 kemarin. Bob meninggal pada umur 81 tahun  setelah menjalani perawatan selama dua mingu di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan.

Sumber : Indonesian Digital Materi dan Jawa Pos.

Senin, 19 Januari 2015

Ajarkan kejujuran kepada anak dan jangan membohongi mereka

Ajarkan kejujuran kepada anak dan jangan membohongi mereka

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Ra, ia mengatakan : “Pada suatu ketika, ibuku memanggilku, sedang Rosulullah SAW duduk di rumah kami. Ibuku mengatakan : “Hai kemarilah, aku akan memberi sesuatu kepadamu.” Lalu Rasulullah SAW balik bertanya : “Apa yang akan kamu berikan kepadanya ?” Ibuku menjawab : “Aku akan memberinya sebuah biji kurma.” Kemudian Beliau memperingatkan, “Apabila kamu tidak memberikan sesutu pun kepadanya, maka kamu dinyatakan telah berdusta kepadanya.”
Begitulah salah satu teladan yang diberikan oleh Nabi kita bahwa kita tidak boleh berbohong walau dengan anak kecil sekalipun. Karena jika kita membohongi mereka tentu ini akan ditiru oleh anak-anak kita. Bukankah Rosulullah adalah seorang pribadi yang jujur, hingga oleh kaummnya beliau di juluki al amin (orang yang terpercaya). Kejujuran bukan hanya sifat yang mengantarkan kesuksesan bagi kita di dunia saja, lebih dari itu bahwa kejujuran yang menjadi lawan kebohongan merupakan sifat dasar seorang muslim. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 105 :
إنّما يفتري الكذب الّذين لا يؤمنون بآيآت الله وأولئك هم الكاذبون
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang yang berdusta (Q.S. An-Nahl : 105)

Jadi tanamkan ke dalam jiwa anak tentang kebaikan kejujuran dan kecelakaan bagi orang-orang yang berdusta. Mulai dengan memberikan teladan kepada anak-anak kita, jangan membiasakan membohongi anak walau untuk menghibur mereka. Katakana juga bahwa kebohongan sangat dekat denga kemunafikan yang mana pelakunya diancam oleh Allah di neraka yang paling bawah.
Ingatkan kepada anak-anak kita bahwa segala apa yang kita ucapkan akan dicatat oleh dua malaikat yang berada disisi kiri dan kanan kita, sehingga tidak ada kebaikan yang luput darinya begitu juga tidak ada kejahatan yang tersembunyi. Allah berfirman :
ما يلفظ من قول إلاّ لديه رقيب عتيد
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”

Seorang mukmin bisa saja salah, seorang mukmin bisa saja melakukan dosa, namun pantang baginya untuk berdusta. Dengar dan ingat juga wejangan mbah-mbah buyut kita “Ojo goroh, mundhak growah” Jangan berdusta, nanti cela”. Sekian. Jwt. 19.1.15

Sabtu, 17 Januari 2015

Babad Buku Grace Lin "Where The Mountain Meets The Moon"



 Babad Buku Grace Lin "Where The Mountain Meets The Moon"

Nama Grace Lin mungkin kurang popular  di jagad pernovelan Indonesia, setidaknya aku belum pernah mendengar nama itu, entah kamu ya Na ? namun setelah membaca salah satu Novelnya yang berjudul “Where The Mountain Meets The Moon” aku kok jadi gandrung ya dengan penulis yang berdarah Tiongha itu. Lha bagaimana dengan kamu Na apakah kamu juga suka dengan novel itu ?

Secara fisik novel itu sangat menarik perhatianku Na, warnanya biru laut yang mencolok penuh semangat dan optimisme menggugah semangat hidup kita, bahwa hidup tak sesempit yang kita pikirkan, kemudian lukisan naga merah sedang terbang di angkasa yang menggendong gadis kecil memberikan arti bahwa apapun dan bagaimanapun keadaan kita, hasrat dan cita-cita hidup kita harus tetap menyala dan mengangkasa setinggi langit. Gadis itu tentu bernama Minli yang diceritakan oleh Grace Lin Na. ia sedang mencari kakek Rembulan untuk menanyakan peruntungan keluarganya. Apakah kamu juga ingin bertemu dengan Kakek Rembulan dan menanyakan benang takdirmu Na ?

Dan yang lebih membuat aku tertarik dengan novel itu adalah hiasan bunga yang sedang mekar dan berwarna merah yang berada di batas atas dan bawah novel itu Na, walau desainnya kecil, namun aku memang selalu tertarik dengan bunga yang banyak tumbuh di taman para Raja dan Kaisar masa lampau Na, kalau tidak salah itu adalah bunga teratai. Bunga yang secara fisik indah dan sedap dipandang mata, begitu juga secara filosofis juga mengagumkan dan menginspirasi kehidupan manusia. Taukah kamu filosofis bunga teratai Na ? Bunga teratai tumbuh di daerah rawa dan banyak airnya. Walau lingkungannya berlumpur namun bunga ini tetap indah dan wangi. Begitu juga dengan kehidupan kita Na, kita boleh saja hidup di tengah-tengah keburukan, namun jangan pernah kita ikut menjadi buruk, kita harus terus berusaha memberikan kebaikan dan manfaat  buat lingkungan kita. Jangan pernah lelah menjadi baik.

Dalam ajaran Budha bunga teratai menjadi lambang spiritual Na, bunga yang memiliki delapan kelopak itu dianggap sejalan dengan ajaran delapan jalan kebaikan agama Budha. Bunga yang memiliki nama latin  Nymphae ini warnanya bermacam-macam, ada putih, , ada biru, ungu, dan merah seperti di novelnya Grace Lin itu Na. kalau kamu kira-kira suka bunga teratai yang warna apa Na ? kalau boleh aku tebak kau pasti pilih warna merah atau pink seperti warna kaos kakimu kan ?

Menurutku novel itu sangat baik untuk kita konsumsi Na, walau ceritanya berlatar belakang folklore dari negeri tirai bamboo, tapi isi dan bahasanya sangat cocok dengan selera nusantara kita kan ? bisa kamu bayangkan Na membaca novelnya Grace Lin saat hujan turun ditemani secangkir teh hangat tentu akan sangat menyenangkan. Aroma tehnya akan membawa kita ke mesin waktu abad klasik cina masa-masa kekaisaran. Tidakkah kau ingin mengunjungi negeri Panda yang lucu itu Na ?

Kalau kau belum bisa kesana, kamu bisa kok merasakan dan menikmati suasana Negeri itu dengan membaca novel “Travel In Love” saya punya bukunya, namun sayang saya lupa siapa penulisnya. Kapan-kapan kamu boleh meminjamnya.  Sekian. Jwt. 17.1.15/Rintik Hujan  di Bangilan.

Jumat, 16 Januari 2015

Petuah Ndelok Jithoke Dhewe

“nDelok Jithoke Dhewe”

Pengertian secara bahasa :

Melihat pada tengkuknya sendiri.

Makna yang tersirat :
Kita sebagai manusia diajak untuk melihat dan mengetahui tentang diri kita lebih jauh. Selain ada kebaikan ada juga kekurangan dan kelemahannya. Kita diajak untuk menyadari akan kekurangan dan kelemahan diri kita sendiri. Jangan sampai seperti pepatah "Gajah dipelupuk mata tak tampak, kuman diseberang lautan tampak"

Nilai yang dapat kita petik :
Ungkapan ini mengajarkan agar setiap orang mau mawas diri. Mawas diri merupakan cara  yang menyebabkan orang mengetahui bahwa manusia dirinya juga pernah mempunyai kekurangan, dan kelemahan. Kalau orang sudah menyadari kekurangannya, maka pada dirinya pasti tidak terdapat perasaan lebih tinggi dari orang lain.Karena memang pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia dalam kondisi yang lemah dan berkekurangan. Dalam Al Qur'an disebutkan :

وخلقنا الإنسان ضعيفا
"Dan Kami ciptakan manusia dalam kondisi yang lemah"

Dengan menyadari kondisi yang sedemikian  pada gilirannya pasti dapat menyebabkan manusia mempunyai sikap rendah hati, bertenggang rasa dan gampang memberikan maaf bagi orang yang mempunyai kesalahan/bersalah kepada kita. Karena memang pada dasarnya manusia tempatnya salah dan dosa.

ألإنسان محلّ الخطئ والنّسيان
"Manusia itu tempatnya salah dan lupa"

Oleh karena itu jangan sampai kita disibukkan menghitung kesalahan orang lain dan lupa akan kesalahan kita sendiri. Ingat selalu pesan sesepuh kita :

“Ojo metani alaning liyan,
"Ojo mitungi becike dewe”

Salam. jwt

Selasa, 13 Januari 2015

5 Niat Belajar Al Qur’an

5 Niat Belajar Al Qur’an
 Oleh : Joyojuwoto

خيركم من تعلّم القرآن وعلّمه ( الحديث)
“Sebaik-baik diantara kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”

Belajar dan mengajar Al Qur’an adalah pekerjaan  yang sungguh mulia dan berpahala, sebagaimana bunyi hadits diatas. Namun sebelum kita belajar dan mengajar Al Qur’an hendaknya niat awal harus kita tata dengan baik. Jangan sampai tujuan kita baik, aktivitas kita baik, namun jika niatnya salah tentu akan rusak segala amal kebaikan kita. Karena sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.
إنّما الأعمال بالنّيّة
“Sesungguhnya amal seseorang itu tergantung niatnya”
Alhamdulillah kemarin hari Ahad, 11//1/2015, saat Pelatihan Standarisasi Ustadz/ustadzah TPQ se Kecamatan Bangilan yang dilaksanakan di TPQ Al Ihsan Kedungmulyo Bangilan, oleh seorang tutor al Ustadz Muhammad Irhamni dari Mabin An Nahdliyah PP. Langitan memberikan tausiyahnya agar Ustadz/Ustadzah tidak salah niat dalam belajar dan mengajar Al Qur’an. Diantara niat belajar Al Qur’an menurut beliau dirangkum dalam sebuah kalimat شعع   ثمّ  yang beliau jabarkan sebagai berikut :
1.    ث  : الثّواب
Niat yang pertama adalah agar kita mendapatkan pahala dari Allah Swt. Karena tiap huruf dari Al Qur’an yang kit abaca maka kita akan medapatkan pahala dari huruf-huruf itu. Membaca Al Qur’an juga bisa menjadi syafa’at kelak di akhirat. Sebagaimana hadits Nabi :

اقرؤاالقرآن فإنّه يأتي يوم القيامة شفيعا لنفسه
“Bacalah Al Qur’an Karena sesungguhnya dia akan dating pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada yang membacanya” (HR. Muslim)
2.      م  : مناجم
Niat yang kedua adalah dalam rangka kita bermunajat kepada Allah. Tidak ada kenikmatan didunia ini selain kita bisa bermunajat dan bercakap-cakap dengan Allah melalui kitabnya.
3.      ش  : شفاء
Niat yang ketiga adalah membaca dan belajar Al Qur’an dalam rangka menjadi penyembuh sakit kita, baik itu sakit jasmani ataupun sakit ruhani.
وننزّل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين
“Dan kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman…”
4.      ع  : العلم
Niat yang keempat adalah dalam rangka mencari ilmu. Dengan ilmu manusia akan dimulyakan oleh Allah. Dengan ilmu kehidupan manusia akan menjadi mudah baik itu kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia.
5.      ع  : العمل
Niat yang kelima adalah agar kita bisa beramal yang sesuai dan berlandaskan al –Qur’an. Sebanyak apapun ilmu seseorang tanpa diamalkan maka sia-sia saja.
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
“Ilmu yang tidak diamalkan bagaai pohon yang tak berbuah”

Sekian. JWT.13.1.15