Minggu, 27 Desember 2015

Jelajah Ke Pesanggrahan Janjang

Tidak banyak yang tahu bahwa Sultan Pajang yaitu Sultan Hadiwijaya memiliki putra-putri yang tersebar di berbagai daerah. Diantaranya berada di Ds. Janjang Kec. Jiken Kab. Blora. Dalam buku-buku sejarah Putra-putri Sultan Hadiwijaya yang terkenal adalah Pangeran Benawa dan seorang putri sulungnya yang dinikahi oleh Arya Pangiri Bupati Demak. 

Kabupaten Blora khususnya wilayah Cepu dan sekitarnya adalah wilayah yang memiliki sejarah dan foklore yang cukup banyak mengenai kelanjutan dari kesultanan Pajang, khususnya era Jipang Panolan yang dipimpin oleh Pangeran Benawa.


Salah satunya adalah Pesarean Eyang Jatikusuma dan Eyang Jati Suwara yang berada di perbukitan Janjang. Kemarin saat liburan saya dan beberapa teman menyempatkan diri berziarah di puncak Janjang. Wilayah Janjang yang secara administratif masuk Kecamatan Jiken ini berada di tengah-tengah hutan. Hamparan pohon-pohon jati yang menjadi primadona wilayah ini masih cukup banyak. Bukit-bukitnya menghijau royo-royo terasa indah dipandang mata.


Letak Janjang dari Kabupaten Blora sendiri sekitar  30 Km, sedang dari kecamatan Jiken masuk ke arah utara sekitar 10 Km. Rumah saya walau berada di wilayah Kab. Tuban, namun secara geografis sangat dekat dengan Janjang. Rute dari desa saya Sidotentrem Kec. Bangilan untuk menuju Janjang cukup dekat dan medannya adventure banget.

Mulai dari Sidotentrem perjalanan menuju kearah barat juga mengasyikkan. Melewati daerah pegunungan Nglateng kemudian menuju ke arah selatan lewat Duren menyebrangi sungai yang dangkal hingga sampai di wilayah perbatasan tiga kabupaten. Kabupaten Blora, kabupaten Bojonegoro, dan kabupaten Tuban. Daerah perbatasan ini dikenal dengan sebutan Singget, yaitu wilayah yang menjadi perbatasan tiga kabupaten tadi.
Perjalanan dari Singget walau di tengah-tengah hutan namun jalannya relatif baik, kecuali yang menyebrangi sungai tadi, masih makadam dan sangat licin jika musim penghujan. Dari Singget arah Janjang adalah ke arah barat daya melewati dusun Nanas. Untuk menambah sensasi perjalanan lebih mengasyikkan saya dan rombongan sengaja berhenti sejenak untuk menikmati panorama ngarai dari dusun Nanas sambil ngopi di sebuah warung di bawah pohon mente. Ya pohon mente juga banyak tersebar di sepanjang perjalanan kami menuju Janjang.

Dari Nanas kami melanjutkan perjalanan ke arah Bleboh. Bleboh adalah sebuah desa yang berada di Ke. Jiken yang berada diantara barisan bukit-bukit. Seakan-akan perbukitan yang mengelilingi wilayah tersebut menjadi benteng alami bagi desa itu. Dari Bleboh letak Pesanggrahan Janjang sudah dekat, bahkan puncak bukitnya pun kelihatan. Kami pun terus memacu motor kami hingga sampai di depan maqam dua putra dari Sultan Hadiwijaya tadi.

Pemandangan alamnya sungguh luar biasa, karena Janjang berada di perbukitan maka kami bisa melihat rumah-rumah penduduk yang tersebar di bawahnya. Karena saat itu tidak ada juru kuncinya maka kami hanya melihat-lihat maqom dari luarnya saja. Kemudian kami naik ke puncak yang lebih tinggi yang mana di situ konon tempat Eyang Jati Kusuma bertapa. Ada puluhan undakan dari beton yang memudahkan kami menaiki punggung bukit. Diatas bukit terdapat cungkup batu pertapaan yang juga terkunci. Udara bertiup sepoi-sepoi menyegarkan suasana siang itu. Sejauh mata memandang tampak perkampungan warga dan juga hamparan hutan jati.

Di atas pertapaan itu terdapat pos pantau perhutani, tingginya kira-kira 40 M. Kami naik ke atas dan menikmati sensasi ketinggian yang mendebarkan. Perjalan yang luar biasa dan kami sangat-sangat menikmatinya. Sekian. Joyojuwoto


1 komentar:

  1. Itu semacam petilasan gitu ya mas? Nggak terlampau keliatan ya bekas2nya

    BalasHapus