Kamis, 08 Oktober 2015

Harta Karun Mata Air Krawak

Harta Karun Mata Air Krawak

Mata air Krawak berada di wilayah Kec. Montong berbatasan dengan Singgahan. Mata air ini berada di sebelah kanan jalan raya jalur Singgahan-Tuban. Mata air Krawak atau sumber Krawak  menjadi satu-satunya sumber yang menyuplai air menuju lokasi air terjun Nglirip. Tanpa sumber Krawak dapat dipastikan sungai yang mengalir ke arah air terjun akan kering. Padahal sungai ini menopang kehidupan masyarakat di sekitar Jojogan, Ngogro, dan Tanjungrejo.

Sungai yang melewati wilayah-wilayah tersebut mengalir sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Masyarakat petani tentu sangat diuntungkan dengan adanya sungai itu. Di penampungan air di lokasi air terjun Nglirip alirannya terbagi menjadi dua aliran. Satu aliran  air dialirkan ke lembah Nglirip yang menjadi air terjun dan satunya dialirkan ke arah barat dibuatkan kanal yang berada di bawah bukit maqomnya Mbah Jabbar dan dialirkan ke wilayah Jojogan bagian barat. Menurut salah seorang warga Jojogan kanal air itu sangat dalam  dibuat di era Belanda. Melihat debit air yang selalu mengalir sepanjang waktu dan aliran airnya cukup deras kemungkinan bisa dimanfaatkan warga sebagai alternatif pembangkit listrik tenaga air. Selain itu warga sebenarnya juga bisa memanfaatkan aliran sungai sebagai lahan untuk peternakan ikan sistem keramba.


Melihat potensi sungai-sungai yang berada di bawah aliran sumber Krawak yang dipakai untuk pertanian atau yang lainnya sebenarnya sangat disayangkan sekali jika pohon-pohon yang menopang mata air banyak ditebangi tanpa pilih. Hutan yang menjadi penyangga Daerah Aliran Sungai (DAS) pun tak lepas dari penebangan yang tentu ini dilakukan oleh institusi yangg memiliki wewenang  terhadap hutan.  

Aliran sungai  yang berada di atas sumber Krawak telah kering, saya pernah ke hulu hingga sampai di petilasan Kedung Banteng dan hutan-hutannya telah menjelma menjadi persil warga. Sebenarnya wilayah sepanjang aliran sumber Krawak memiliki potensi yang bagus untuk objek wisata keluarga. Apalagi di tempat itu ada icon maqom Mbah Jabbar yang selalu menarik perhatian para wisatawan. Pemerintah daerah atau desa setempat bisa bekerja sama untuk membuat konsep yang menarik agar wilayah sumber Krawak, air terjun Nglirip, dan maqom Mbah Jabbar menjadi satu paket destinasi wisata di Kab. Tuban.


Setiap melewati hutan Krawak saya selalu membayangkan, di sepanjang jalan pohon-pohon jati dibiarkan rimbun dan besar. Kera-kera bergelayutan di dahan-dahannya yang kokoh. Air sungai mengalir jernih bersamaan dengan ikan-ikan yang berkilauan di dalamnya. Di pinggir-pinggir jalan dibangun gazebo-gazebo tempat peristirahatan sambil menikmati sepoi-sepoi angin gunung yang menyejukkan. Serta semburat matahari di pagi hari, ataau menikmati sepenggal senja yang menggantung di cakrawala barat. Namun tentu saya tahu bahwa  ini hanya sebuah khayalan tingkat tinggi yang jauh dari realisasi. Saya mungkin terlalu mengikuti gelora romantisme yang berlebihan saja.  Karena pada kenyataannya pohon-pohon jati di sepanjang jalan sedang menggersang dan siap untuk ditebang. Pokok-pokoknya telah diteras, daunnya telah berguguran, gelamnya telah dikuliti, pohon jati itu siap diolah untuk memenuhi ambisi modernitas zaman.


Saya tidak hendak protes kepada siapapun jua, tidak pada para petani yang tidak punya lahan sehingga membuka hutan untuk dibuat persil, saya juga tidak hendak protes kepada perhutani yang harus menebang pohon-pohon jati itu. Namun menurut saya hutan dengan segala mata rantainya adalah harta karun yang tak terhingga yang harus  kita wariskan kelak. Pohon-pohonnya, flora dan faunanya, sumber air nya adalah titipan masa depan dan milik anak cucuk kita, dan sebenarnya kita sedang meminjam lingkungan ini dari generasi penerus. Oleh karena itu mari jaga dan lestarikan alam ini untuk kita kembalikan dengan kondisi yang baik jika masanya telah tiba. Joyojuwoto

3 komentar:

  1. Setuju! Sebetulnya semua ini hanya pinjaman fasilitas dari Tuhan untuk kita jaga untuk generasi di masa yang akan datang.. Hehe :)
    -jevonlevin.com

    BalasHapus
  2. wah sumber air aosti terasa sejuk dan asri dan pasti di sana ada hutan dg pepohonan yang rindang. memang perlu dilestarikan alam agar siklus alam tak terputus akibat ulah manusia

    BalasHapus