Kamis, 27 Maret 2014

Gembul Surga Para Kera

www.4bangilan.blogspot.com-Situs Gembul begitu menarik perhatianku, bukan hanya masalah situsnya namun lebih dari itu kelangsungan flora dan fauna yang hidup dalam rengkuhan lembah Gembul layak untuk dipertahankan buat anak cucu kita kelak. Pohon-pohon yang menjulang tinggi entah apa itu jenis dan namanya perlu kita jaga, membutuhkan ratusan tahun lamanya untuk menikmati sensasi sebatang pohon yang besar. Pohon itu tentunya menyimpan banyak kisah yang  tidak kita ketahui, ada banyak rahasia dan misteri pada sebatang pohon yang hanya dengan hati kita bisa merasakannya. 


Pada lembah Gembul geliat kera-kera kecil dapat kita saksikan. Ada yang menggendong anaknya, ada yang baru tumbuh menjadi remaja, dan ada yang telah menjadi kakek-kakek, berloncatan, berayunan, berteriak parau menikmati sisa-sisa alam purba yang tinggal sisa. Entah dulu di Gembul menjadi tempat persinggahan Sang utusan dari Ayodya Hanoman yang membawa pasukan keranya untuk menyerang Alengka, atau mungkin dulu disitulah letak pertapaan dua bersaudara Subali dan Sugriwa sehingga Gembul masih menyisakan kera-kera liar yang layak untuk kita pertahankan populasinya ? yang jelas keduanya tidak betulkan kan !!! namun yang pasti makhluk perimata itu perlu mendapatkan haknya untuk hidup. 

Dari tulisan ini saya bermimpi, Gembul dijadikan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Tuban. Jika tidak dalam skala kabupaten ya minimal menjadi jujugan warga sekitar guna melepas lelah sambil bercanda dengan kera-kera yang tingkah lakunya mirip dengan manusia itu. Di Gembul sangat memenuhi syarat dan layak untuk dijadikan semisal taman wisata atau taman bermain keluarga. Ada sungai yang membelah lembah, ada lapangannya, ada perbukitan jika dibacakan "bim salabim abra gadabra" sedikit saja akan berubah bak taman gantung Babilonia. Apalagi yang kurang, tentu sentuhan-sentuhan tangan yang diberkati Tuhanlah yang mampu menciptakan surga dibalik lembah kapur itu.

Mimpi tinggallah mimpi jika kita tidak bangun, oh..sory tadi saya yang mimpi bukan kita sih, namun kosakata "Saya" adalah kenaifan untuk sebuah proyek besar, perlu memasukkan kata "Kita" guna mendobrak sebuah kebekuan dan kejumudan yang telah memfosil. Kepada siapa dan kepada  apa kita berharap sebuah perubahan. Saya kira sekeramat-keramat Gembul tak akan mampu mencipta dirinya sendiri menjadi taman Sriwedari yang elok dan memikat hati permaisuri Sang Prabu Arjunasasrabahu. Perlu ada sosok Sukrasana-Sukrasana yang mampu memindahkan Taman di kayangan Untarasegara ke jagad mayapada. perlu ada sosok yang mampu mengejawentahkan mimpi menjadi sebuah kenyataan. beranikah kita menjelma menjadi raksasa kerdil yang buruk rupa dan hanya menjadi semacam tumbal oleh kakaknya sendiri Tejomantri ?. (JWT)




Durna Tapa (2)

Durna Tapa (2) Di tengah perjalanan bertemu dengan hyang Kuwera, para Pandawa dipersilahkan kembali, menolak. Hyang Kuwera segera mengeluarkan kesaktiannya, batu sebesar gunung-gunung dan angin ribut keluar memalang menghalang para Pandawa, hanya kyai Petruk saja yang dapat lolos dari amukan ajinya hyang Kuwera, diikutinya hyang Yamadipati. Di kahyangan Jonggringsalaka hyang Guru dihadap oleh hyang Endra, hyang Brama, hyang Panyarikan, hyang Kuwera, hyang Patuk dan hyang Temboro. Datanglah menghadap hyang Bayu dengan membawa serta pandita Durna yang sudah kembali sehat walafiat, kepadanya ditanyakan gerangan apakah yang menjadikan menggentur tapa di hutan pagedangan. Durna melapor bahwasanya dia menginginkan matinya kyai Semar, sebab selama kyai lurah Semar tidak mati terlebih dahulu, para Korawa dalam prang Baratayuda tak akan dapat mengalahkan para Pandawa, apalagi para Korawa hanya dijagoi oleh seorang saja ialah pandita Durna. Kepada pandita Durna, ditanyakan akan bersedia bertanding dengan hyang Asmarasanta, dan disanggupinya. Datanglah hyang Yamadipati membawa kyai lurah Semar, demikian pula keadaannya sudah kembali sehat, kepadanya segera ditanyakan apakah bersedia diadu dengan pandita Durna, yang menyebabkan sakitnya Semar tadi, disanggupinya. Demikian pula wasi Aswatama mendukung akan kelangsungannya, apalagi Petruk menjagoi pula bapaknya, kyai Semar. Bertandinglah kyai Semar dengan pandita Durna, Petruk dengan wasi Aswatama, sangat seru dan rame. Kedua pasangan serba bertanding dengan aji kesaktiannya, bergelut bergumul berguling-guling sehingga mereka lupa bahwasanya sudah terbenam di kawah siksaan Yomani, musnahlah mereka kesemuanya ditelan lumpur Yomani. Tak lama muncullah sepasang ksatriya rupawan dari kawah Yomani,agaknya ksatriya yang berjalan dahulu kelihatan lebih wibawa diiringkan ksatriya yang kemudian sedikit takut-takutan, wasi Aswatama dan Petruk mengiringkan pula kedua ksatriya tadi dari belakang, wasi Aswatama kelihatan pucat dan sangat takut. Mereka segaera menghadap hyang Girinata, ksatriya yang satu bernama Cahyandadari dan dibelakangnya tak lain Kumbayana, kepada hyang Girinata Kumbayana berjanji tak berani lagi kepada kyai Semar, mundurlah sudah mereka dari hadapan hyang Girinata, kembali turun ke bumi. Di praja Amarta, prabu Puntadewa dan Sri Kresna membicarakan sirnanya kyai lurah Semar, mereka yang mendengarkan termasuk arya Wrekodara, raden Janaka, raden Nakula dan Sadewa sangat sedih hatinya. Tak lama berita terdengarm bahwasanya diluaran ada tampak ksatriya mengamuk, para Pandawa yang bertugas menghadapinya kalah, raden Janaka maju melayaninya. Ksatriya rupawan yang bernama Cahyandadari dipanah,babar kyai Semar.Adapun ksatriya Kumbayana ketika dipanah, babar pandita Durna. Dihadapan para Pandawa, kyai Semar bercerita dari awal sampai akhir perihal keadaannya, demikian pula Petruk yang turut hilang dengan kyai Semar, telah melapor pula. Keadaan pendita Durna meski sudah sehat, kelihatan kurus kering. Para Pandawa sangat iba hatinya, kepada Raden Janaka dan raden arya Wrekodara ditugaskan untuk mengawal mengantarkan kembali pandita Durna kekediamannya. Wasi Aswatama yang selalu setia kepada ayahandanya, tak turut ketinggalan, segera bermohon diri. Di kerajaan Astina, prabu Suyudana dihadap oleh patih arya Sakuni dan adipati Wangga Karna. Kepada raja mreka melapor bahwasanya pandita Durna dibawa serta ke kahyangan oleh hyang Bayu, meski para Korawa telah berusaha untuk mencegahnya dan membawanya kembali, namun di pintu utama selamatangkep, mereka diubdurkan oleh hyang Cingkarabala. Selagi berbincang-bincang datanglah pandita Durna, diantar oleh raden arya Wrekodara dan raden Janaka. Pendita Durna dihadap raja Suyudana, dan para Korawa menceritakan dari awal sampai akhir segala lelakonnya, manakala dewa telah bersabda kepadanya, jangan sampai memberanikan diri lagi mengusik kyai Semar, dan Sri Kresna. Selanjutnya jalan kerukunan sajalah yang harus ditempuh oleh para Korawa terhadap para Pandawa. Selagi mereka dengan asyiknya mendengarkan laporan pandita Durna, tersiarlah berita musuh dari Jurangparang datang, Janaka keluar memapakan raja yaksa Kalakalpika, terjadilah peperangan yang sangat rame. Prabu Kalakalpika dilepasi panah oleh raden Janaka, mati. Arya Wrekodara mengamuk, seluruh wadyabala Jurangparang dapat dimusnahkannya. Di pendapa Astina, diadakan pesta pora memperingati kembalinya pandita Durna, dan tersingkirnya sudah marabahaya yang mengancam kerajaan Astina, disaksikan oleh prabu Suyudana, dipati Karna, arya Sakuni, raden Wrekodara, raden Janaka, dan segenap keluarga Korawa.

Rabu, 26 Maret 2014

Pohon di Gembul

Durna Tapa (1)

Durna Tapa (1) Syahdan raja Astina prabu Kurupati berkenan memerintahkan kepada adipati Karna dan wasi Aswatama putra pendita Durna , untuk segera berangkat menjaga keamanan pendita Durna yang mendapatkan tugas dari raja untuk bertapa, demi terlaksananya maksud prabu Kurupati. Konon prabu Suyudana menginginkan wadyabalanya hendak unggul di medan laga kelak kemudian hari dalam perang Baratayuda, apalagi sekarang dirasanya paran Pandawa mendapatkan sekutu yang kuat dari raja-raja lain negara, untuk itulah pendita Durna bertapa di hutan pagedangan. Dipati Karna dan wasi Aswatama segera bermohon diri untuk menunaikan tugasnya, diiringi oleh segenap para Korawa, tampak patih arya Sakuni, raden arya Dursasana, raden Kartamarma, raden Durmagati, raden Citraksa dan raden Citraksi. Di kerajaan Jurangparang, tersebutlah seorang raja bergelar prabu Kalakalpika, jatuh asmara dengan putri raja Astina, Dewi Lesmanawati. Kepada embannya yang bernama Cantekawerdi raja menyampaikan maksudnya, emban mengusulkan sebaiknya utusan terlebih dahulu menyampaikan surat lamaran kepada raja Astina. Usul diterima, kepada yaksa Kalabangcuring, Kalakarumba, Kalakalapa, kyai Togog dan Sarawita ditugaskan untuk segera berangkat membawa surat lamaran ke negara Astina, mereka segera bermohon diri untuk berangkat ke karajaan Astina. Di pertengahan perjalanannya mereka bertemu dengan wadyabala Astina, terjadilah perselisihan dan peperangan. Kedua-duanya berusaha untuk mengindarinya, sehingga akhirnya mereka meneruskan perjalanannya masing-masing. Resi Abyasa di pertapaan wukir Retawu menerima kedatangan cucundanya raden Angkawijaya beserta para punakawan, mereka Nalagareng dan Petruk. Raden Ankawijaya menyampaikan maksud kedatangannya yang tak lain diutus oleh ayahandanya yalah raden Janaka untuk memohon saran, dikarenakan kyai lurah Semar sakit, usaha apakah kiranya yang harus diperuntukkannya. Resi Abyasa menjelaskan tiada satu obatpun yang menjadi sarana kesembuhannya, namun segala hal ihwal dan sebab musababnya kepada raden Angkawijaya sang Pendita telah membuka takbirnya. Bermohon dirilah raden Angkawijaya dikuti oleh Nalagereng dan Petruk, dalam perjalanannya di tengah hutan bertemu dengan para yaksa dan praja Jurangparang, dan terjadilah peperangan. Para raksasa dapat dibunuhnya, kayai Togog dan Sarawita dapat menghindarkan diri dan melarikan diri kembali ke praja untuk melapor kepada raja. Di kahyangan Jonggringsalaka hyang Guru mengadakan pertemuan dengan hyang Kanekaputra, hyang Bayu, hyang Yamadipati dan hyang Kuwera. Masalah yang dibicarakan tak lain huru-hara di dunia, dilaporkan kepada hyang Guru bahwasanya kesemuanya itu terjadi dikarenakan bagawan Lanabrata atau pendita Durna menggentur tapa di hutan padedangan, permohonannya tak lain hendak kyai Semar sebagai botohmya para Pandawa dikelak prang Barayuda, mati terlebih dahulu. Hyang Guru bersabda kepada hyang Yamadipati, untuk segera turun ke mretyapada dalam rangka tugas mencabut nyawa kyai lurah Semar, adapun hyang Bayu diperintahkan untuk bertindak mencabut nyawa begawan Durna. Keduanya segera bermohon diri turun ke bumi, untuk menunaikan tugas mereka masing-masing. Begawan Lanabrata kelihatan sedang bertapa brata dengan khusuknya, lama sudah sang begawan berdiam di hutan pagedangan, seluruh anggota badannya penuh dengan penyakit, sangat menyedihkan keadaan sang begawan Lanabrata. Para Korawa yang meninjau begawan sangat iba hatinya, apalagi putra sang begawan yang bernama wasi Aswatama dengan menangis mendekati ayahandanya sambil meratapinya, bermohon hendaknya jangan diteruskan lagi menggemtur tapa.Namun sang begawan tak sedikit pun terusik dengan keadaan disekitarnya. Hyan Bayu yang ditugaskan untuk mencabut nyawa Begawan Lanabrata segera mendekati diarah kepala sang begawan, mengenai kedatangannya tak seorang pun yang melihatnya, hanya sang begawan menyadri namun tak kusa lagi untuk, berucap, hanya kelihatan tangannya saja meraba-raba,mulutnya berkumat-kumit. Segera tubuh begawan Lanabrata dibawa hyang Bayu ke kahyangan, para Korawa menyaksikan terngkatnya badan begawan Lanabrata, segera mengejarnya dan terus mengikuti, demikian pula wasi Aswatama juga mengejarnya. Sampailah sudah para Korawa dihadapan pintu masuk ke kahyangan Jonggringsalaka, namanya kori Selamatangkep dijaga oleh hyang Cingkarabala. Para Korawa dicegah untuk masuk ke kahyangan, terjadilah peperangan para Korawa dapat diundurkan oleh hyang Cingkarabala. Namun wasi Aswatama dapat meloloskan diri dari amukan hyang Cingkarabala, mengikuti terus perjalanan hyang Bayu yang membawa begawan Lanabrata. Di Madukara, raden Janaka ditemani oleh wara Sumbadra, Dewi Srikandi dan niken Larasati menunggui kyai Semar yang sedang sakit. Mereka menangisinya, sangat dirundung malang keadaan kyai Semar, keadaannya sangat parah. Selagi mereka menangisi jyai lurah Semar, datanglah sri Kresna diiringkan prabu Puntadewa, raden arya Wrekodara, raden Nakula, raden Sadewa. Mereka pun sangat iba hati melihat manyaksikan keadaan kyai lurah Semar, tak lama datang pula raden Angkawijaya yang diiringkan oleh Nalagareng dan Petruk. Kepada Prabu Puntadewa, sri Kresna dan para Pandawa raden Angkawijaya melapor bahwa mengenai sakitnya kyai lrah Semar, eyang Abyasa bersabda tak ada obatnya, akan tetapi tidak menjadikan ajalnya, namun akan terjadi huru-hara yang akan menimpa para Pandawa. Sri Kresna dan para Pandawa sangat prihatin dengan sabda begawan Abyasa. Selagi mereka berbincang-bincang, datanglah hyang Yamadipati mendekati kyai lurah Semar, tak seorang pun yang menyaksikan kedatangannya, kyai lurah Semar berkomat-kamit, tanganya digerak-gerakkan, namun tak seorang juapun yang tanggap akan gerak-gerik Semar. Hyang Yamadipati segera membawa kyai lurah Semar menuju kahyangan, para Pandawa menyaksikan hilangnya kyai lurah Semar sangat bingung, segera tampak hyang Yamadipati membawa serta kyai Semar, diikutinya.

Selasa, 25 Maret 2014

Gojali Suta

Raja trajutisna prabu sitidja alias boma narakasura merasa sangat sedih dan kecewa. Karena istrinya Dewi Hagnyawanawati atau dei Mustikawati tak mau melayaninya sebagai suami. Malah sang istri mabok kepayang dengan saudaranya sendiri yaitu raden samba wisnubrata. Susana sangat suram menyelimuti paseban agung. Sang raja prabu sitidja cuma diam saja. Sedangkan Prabu Supala, patih Pancadnyana, Ditya Maudara, Ditya Ancak Ogra, Ditya Yayahgriwa, Ditya Sinundha cuma bisa ikutan diam sambil memandang kosong ke lantai. Mereka sangat takut melihat keadaan rajanya yang sedang bermuram durja. Untuk memecah kesunyian maka sang raja prabu sitidja berkata kepada patihnya prabu supala: paman supala saya mengadakan pertemuan ini sengaja ingin membhas masalah raden samba dan dhiajeng Hagnyanawati. Dua orang itu sudah bener bener kasmaran sampe dhiajeng Hagnyanawati dibawa pulang ke dwarawati. Maksud saya daripada didengar orang luar, mending adik saya samba saya nikahkan dengan istri saya dhiajeng Hagnyanawati. Lalu saya dudukan di kerajaan trajutisna dengan baik baik sebentar kanjeng prabu, bukankah kelakuan adik baginda samba itu berarti telah berani melakukan tindakan mesum dan berkhianat kepada sang prabu?Barani mengambil istri paduka sebagai pacarnya?Bukankah itu sama dengan berani menginjak injak kepala sang prabu sendiri tidak apa apa paman, karena samba itu adik saya yang paling saya sayangi. Karena itu saya akan mengirim utusan ke dwarawati yaitu maudara dan ancak ogra untuk menghadap ke prabu kresna agar mau mengijinkan membawa samba dan hgnywati untuk saya nikahkan di trajutisna. kemudian prabu sutidja memberikan perintah kepada maudara dan ancak ogra untuk berangkat ke dwarawati untuk menghadap sri baginda kresna ayahnya untuk menyampaikan keinginan prabu boma narakasura. Maka maudara dan ancak ogra segera berangkat. Di paseban agung kerajaan dwarawati. Disana sang raja sri baginda raja bhatara kresna sedang berdiskusi dengan patih udawa dan raden setyaki. Yang dibicarakan tidak lain adalah kelakuan raden samba yan telah merusak pagar ayu dengan membawa istri saudaranya sendiri untuk dijadikan sebagai kekasih. Belum lama pembicaraan berlangsung datanglah ditya maudara dan ancak ogra. Setelah datang dan saling beramah tamah mereka mengatakan tujuan kedatanganya ke pada prabu kresna. Lalu prabu bhatara kresna yang sudah mengetahui akan jadi apa lelakon ini mengijinkan raden samba untuk dibawa ke trajutisna. Maka ditya maudara dan ancak ogra segera pamit dengan membawa raden samba ke trajutisna. Setelah kedua utusan pamit, setyaki maju menghadap bhatara kresna dan matur: kakanda prabu kenapa kakanda ijinkan mereka membawa raden samba?Iya jika kedua utusan tadi berkata benar, bagaimana jika mereka berbohong dan ingkar janji?Di sana nantinya raden samba bukan akan dinikahkan mlah akan dihukum?Bagaimana kakanda prabu wahai adiku setyaki, janagn berpikiran seperti itu. Ingat semua itu sudah diatur takdir. Walopun digedong baja sekalipun, jika sudah saatnya mati pasti terjadi. Walopun dihujani tembakan peluru pun jika masih belom waktunya pasti kan selamat. Adi setyaki jangan ikut campur, biarkan saja samba mau diapkan saja. Yang jelas jangan sampe sitidja melawan dan melibatkan orang yang tanpa dosa!!. Jika itu dilakukan apalagi melawan adi arjuna maka aku sendiri yang akan menghadapi sitidja anaku. Sekarang adi setyaki bubarkan paseban pertemuan ini. Saya mau tidur dan menenangkan hati diceritakan smapelah rombongan ditya maudara dan ancak ogra yang mengiring jaka samba ditengah hutan. Disana 2 rksasa ini gak menerima kelakuan jka samba yang mengambil istri baginda rajanya. Maka mereka berdua menyiksa jaka samba. Sehingga jaka samba menjerit kesakitan. Kebetulan saat itu datanglah arjuna yang kan menuju kerajaan dwarawati. Kaget hati arjuna mendengar jeritan dari raden samba. Karena kaget maka arjuna segera bertanya dan mencegat rombongan itu: kalo ga salah ini maudara dan samba. Kenapa ini kok badan samba biru biru seperti ini?Dan kalian hendak pergi kemana? maudara menjawab: kalo raden arjuna bertanya maka sebenarnya saya dan ancak ogra menjalankan perintah kanjeng gusti sitidja untuk membawa anak mas raden samba ke trajutisna untuk di nikahkan dengan dewi hagnyawati. Nah kenapa badan raden samba biru biru?Karena kena duri dan onak di dalam hutan apa benar seperti itu samba tanya arjuna tidak percaya kepada samba. aduh paman itu tak benar, kenapa saya babak belur begini karena saya sebenernya digebuki oleh paman maudara dan ancak ogra karena marah maka maudara di tusuk oleh raden arjuna dengan pusaka pulanggeni hingga tewas dan balik ke asalnya yaitu bangkai burung dara. Sementara ancak ogra diberikan surat tantangan yg ditulis arjuna untuk sitidja. Karena temen seperjalananya tewas segera ancak ogra berlaripulang ke trajutisna. Sementara raden samba dan dewi hagnywati untuk sementara waktu dipersilahkan menginap di kasatrian madukoro. Di kerajaan trajutisna sedang duduk prabu sitdja diatas singgasana dengan menhadap para bawahanya. Tiba tiba datanglah ancak ogra dengan ngos ngosan dan berdarah darah. Prabu sitidja sangat marah membaca surat tantangan. Dan langsung menyerang madukoro. Prabu sitidja naik diatas garuda wilmuna sementara semua prajuritnya berbaris didaratan. Tetapi sebelum tanding dengan arjuna prabu sitidja hendak mencari terlebih dahulu dimana raden samba yang menjadi pnyebab kejadian perkara ini. Sementara perang pun pecah. Baladewa, arjuna, setyaki, gatotkaca berperang melawan wadya bala dr trajutisna. Perang besar pun pecah di madukoro. Diluar terjadi perang besar sementara di dalamkesatrin madukoro 2 muda mudi sedang bermadu asmara. Yaitu raden samba dan dewi hagnywati. Mereka berdua mabuk asmara bercumbu dan juga berpeluk peluk. Apalagi raden samba merasa pamanya arjuna merestui dan melindungi dirinya. Karena sedang asyik masyuk tak merasa ada endung yang tiba. Itulah garuda wiluma yang segera turun. Dan kagetlah raden samba melihat turunya garuda yang ditunggangi kakanya sitidja. Segera raden samba tergopoh gopoh menghaturkan sembah. sembah saya kepada kakanda prabu, saya tak menyangka kakanda prabu sendiri yang akan datang kemari. Mohon kakanda prabu mau memaafkan segla kesalahan hamba prabu seitidja berkata iya adiku, sebenarnya aku kesini akan marah kepada di samba, tp melihat adi seperti ini seolah hilang kemarahanku. Sudahlah bukan watak trajutisna untuk marah cuma gara gara wanita ketika naik kembali ke garuda prabu sitidja mendengar omongan togog yang berkata: bagaimana sih ndoro?Bukankah ndoro itu hendak marah dan menjatuhkan hukuman kepada samba yang telah merebut istri paduka?Kenapa jadinya ketika sudah ketemu orangnya malah batal begini? lalu tanpa peringatan karena sangat marah dari atas garuda prabu sitidja melemparkan senjata limpung ke arah raden samba.sehingga lukanya sekujur tubuh. Kemudian mengingat perang trajutisna dan madukoro terjadi karena samba plus melihat banyaknya mayat bergelimpangan. Kemarahan prabu sitidja semakin membara. Di hancurkanya tubuh samba. Di robek mulutnya, dihancurkan hidungnya, tanganya dipatah dan dipuntir, lalu mayatnya dijuwing juwing. Melihat keadaan ini dewi hagnywati menghunus patrem dan menusukan ke tubuhnya. Ikut belapati. Sesudah itu prabu sitidja mengambil sisa mayat samba dan dilemparkan ke medan perang. Dan sang prabu menaiki garuda untuk mengejar jatuhnya mayat. Di medan perang para pandawa merasa sangat marah karena merasa tak mampu menjaga kselamatan raden samba. Arjuna segera membidikan panahkyai sarotama yang di lepaskan ke leher prabu supala. Dan tewaslah seketika prabu supala. Sementara patih pancatnyana di gemplang senjata neggala oleh bladewa dan tewas seketika. Semua wadyabala trajutisna mulai habis di bantai oleh gatokaca dan werkudoro serta setyaki. Mengetahui ini segera prabu sitidja maju perang. Terjadi perang dahsyat antara arjuna dan prabu sitidja. Tetapi prabu sitidja punya ajian pancasona. Mati 7 kali sehari bisa hidup kembali. Jd tak ada guna. Ahirnya arjuna memilih keluar dr perang dan bertapa lg dengan nama benggawan cipto ening karena malu arjuna keluar dr perang dan memilih betapa menjadi begawan cipto ening. Mengetahui keluarnya arjuna maka para pndawa segera mencari bantuan sri bhatara kresna. Malah sri bhatara kresna tidur tak bisa dibangunkan. Bahkan diceritakan anaknya samba mati dijuwing juga tak bangun. Sri bhatara kresna hanya bangun ketika diceritakan arjuna merasa malu dan keluar serta menghilang dr perang. Rupanya sri bhatara kresna mengunjungi ibunyi sitidja yaitu dewi pratiwi di kayangan sapta pratala. Di sana bhatara kresna menanyakan apa kelemahan sitidja. Dei pratiwi menceritakan: sitidja punya aji pancasona tak akan mati selama masih menyentuh tanah. Nah kelemahanya adalah sebuah anjang anjang besi. Dalam episode topeng waja terjadi perkelahian antara sutedja dan gatotkaca. Dimana topeng waja gatot di gemplang oleh senjata gamparan kencana milik sutedja lalu terjadi salah kedaden. Ahirnya topeng itu berubah wujud jd anjang anjang besi di alas pramonokoti daerah pringgondani. Itu pengapesan dr anak saya sitidja ketika bngun prabu kresna segera bilang kepada gatotkaca: jika nanti mayat saudaramu sitidja jatuh, segera bawa kabur ke alas pramonokoti dan baringkan di anjang anjang besi baik paman prabu kata gatotkaca kemudian sitidja yang sedang menaiki garuda wiluma sedang terbang berputran di arena perang dilepasi senjata chakra oleh sri kresna. Ahirnya tubuhnya terbelah dan jatuh kebumi lalu segera dibawa terbang oleh gatotkaca ke alas pramonoti dan diletakan di anjang anjang besi. Sehingga matilah sitidja karena tak menyentuh tanah. Maka berahirlah kisah perang gojali suta ini.

Senin, 17 Maret 2014

Taman Meliwis Putih yang tak lagi putih



Kabupaten Bojonegoro sering dikaitkan dengan legenda Angkling Darma, di Kec. Kalitidu ada situs Prabu Angkling Darma, dan kayaknya agar lebih dekat dengan legenda tersebut nama-nama dilingkup pemerintahan pun dinamakan yang berbau Angkling Darma. Seperti pendapa Malowopati, ruang Batik Madrim dan bahkan ada sebuah taman bermain yang dinamakan Taman Meliwis Putih.

Taman ini sempat tenar di awal-awal tahun 1990 an, sempat menjadi jujugan rekreasi keluarga, namun seiring dengan waktu taman ini tak mendapatkan sentuhan pembangunan hingga terkesan terabaikan, kumuh dan mlangkrak walau sebenarnya masih juga dibuka untuk umum. Ketika kelahiran anakku yang kedua di RS Ibnu Sina, saya menyempatkan mampir kesana  bersama putriku. Uang karcis berdua sejumlah Rp 7.500,00. Tak ada pengunjung yang mau singgah di taman itu kayaknya. Sepi dan tak terurus. Ada beberapa wahana untuk bermain anak dan sejumlah kandang monyet yang tak kalah menyedihkannya, sekitar tiga ekor monyet terkurung dengan perawatan yang seadanya. Taman meliwis putih tak lagi putih seperti namanya.

Pada awalnya saya mengira taman Meliwis Putih adalah aset daerah, namun setelah saya tanyakan ibu yang menjaga loket ternyata taman itu milik pribadi. Jadi ya wajar kalau tidak terurus pikirku.  Butuh dana yang tidak kecil memang untuk merawat dan membuat taman tersebut nyaman untuk kita kunjungi. Sebenarnya kalau memang si pemilik taman tersebut berniat untuk terus membuka taman tersebut, saya kira bisa mencari investor yang mau mendanai dan mengembangkan potensi taman yang melegenda itu. Atau barangkali pemerintah kota bojonegoro menjadikannya hutan kota dan tempat santai keluarga sehingga tidak terkesan mubadzir dan hanya menjadi grumbul yang tak berguna.

Tidak harus wah dan mewah saya punya asumsi jika taman meliwis putih tersebut ditata rapi dan bersih, dilengkapi kuliner khas Bojonegoro, dan apalagi ditunjang dengan tempat free wifi maka masyarakat layak berbondong-bondong  kesana menghirup sejuknya udara taman dan menikmati indahnya kebersamaan dengan keluarga. Jwt
.


Sabtu, 15 Maret 2014

Ketika Si Jabang Bayi dilahirkan

Bulan Maret 2014 adalah bulan kelahiran putriku yang ke dua. Setelah menunggu jadwal kelahiran yang diberikan bidan dan dari data foto USG yang seharusnya di prediksi lahir tanggal 28 pebruari, namun saat almanak di bulan itu habis si jabang bayi tak kunjung juga lahir. Setelah menunggu satu minggu ke depan tepatnya tanggal 7 Maret buah hatiku disarankan oleh dokter untuk dilahirkan. 

Menurut hasil pemeriksaan USG kelahiran anakku bisa normal namun lebih cenderung ke arah tindakan operasi, karena perkiraan bobot janin sekitar 4.4 Kg, dan kondisi kandungan over air ketuban sehingga jika nekat melahirkan normal dikhawatirkan terjadi pendarahan. Mendengar kata operasi, mendengar kata pendarahan kedua kata tersebut aku timbang-timbang. Melihat riwayat melahirkan anakku yang pertama juga berdarah-darah dan termasuk level sulit maka semua keputusan untuk melahirkan dengan cara apa aku tawarkan kepada istriku. Akhirnya setelah berunding dengan emakku dipilihlah jalan operasi untuk kelahiran anakku yang kedua.

Dengan cara apapun sebenarnya saya tlah siap, begitu kataku kepada istriku dengan tujuan untuk menenangkan dan memberikan motivasi serta suntikan moril agar ia tidak down dengan apa yang menjadi pilihannya. Saat perjalanan ke Ibnu Sina Bojonegoro yang saat itu aku naik sepeda motor, sedang istriku dan emak naik travel tak henti-hentinya aku berdo'a dan memohon kepada Allah akan hal yang terbaik. Keselamatan Ibu dan si jabang bayi yang terpenting, masalah cara biar Allah yang mengaturnya. Seribu jalan menuju Roma, namun hanya ada dua jalan untuk melahirkan, lahir secara normal atau lewat jalan operasi. 

Hari itu adalah hari Jumat, hari yang banyak orang menganggapnya keramat dan do'a pun insyallah mustajab. Dalam perjalanan ke Bojonegoro yang berjarak lebih kurang 40 Km saya menyempatkan diri untuk bermi'raj kehadirat Allah, berhenti dari satu masjid ke masjid yang lain disepanjang perjalan antara Bangilan-Bojonegoro guna berdo'a atas kelancaran proses kelahiran anakku. Ada sebanyak tujuh masjid yang saya singgahi untuk meminta berkah dengan wasilah sholat dan do'a di dalamnya. Begitulah yang jamak terjadi pada diri manusia, energi spiritual seakan menguat ketika ujian datang, dan surut seiring dengan berakhirnya ujian yang menimpanya. Mumpung saat itu energi spiritual saya sedang berada di puncak, Saya berdo'a dan  berharap kelak anak-anakku menjadi generasi yang dekat dengan masjid dan menjadikan bumi yang dipijak menjadi tempat sujud dan lapangan ibadah baginya. 

Tepat pukul 08.00 WIB istriku masuk ruang operasi. Belum sempat selesai nasi bungkus yang aku makan pintu terbuka, ada seorang perawat yang menggendong bayi merah kemudian memanggilku yang memang duduk di dekat ruangan itu. Alhamdulillah bayiku telah lahir dengan selamat. Seorang putri merah yang cantik aku timang kemudian aku adzani, saat itu jam menunjukkan pukul 08.55 WIB. Selang tiga puluh menit kemudian istriku menyusul keluar dari ruangan operasi lengkap dan selesai sudah penantianku.

Jumat, 7 Maret 2014, pukul 08.55 WIB bayi merah dengan berat 4.1 Kg dan panjang 53 Cm terlahir ke dunia di RS. Ibnu Sina Bojonegoro. Semoga menjadi anak yang sholehah. Amien. Jwt

Selasa, 11 Maret 2014

Kala Bendana Gugur

Kala Bendana Gugur Kala bendana adalah anak terahir dr prabu tremboko yaitu penguasa pringgondani yang gugur di tangan prabu pandu dewanata dari hastinapura. Kala bendana juga adik dari arimbi istri dari bima yang melahirkan gatotkaca. Bentuk kala bendana adalah raksasa cilik atau cebol. Dimana memiliki kelebihan dan keutamaan tidak bisa berbohong dan cenderung membela kebenaran. Pada kisah pemberontakan brajadenta, kala bendana menjadi temens etia gatotkaca dan brajamusti. Dimana kala bendana sendiri datang bersama brajamusti untuk mengingatkan bahwa tindakan saudaranya itu merebut tahta pringgondani dari keponakanya gatotkaca adalah tidak syah. Kala bendana dikisahkan memiliki akhir hidup yang tragis. Saat itu negeri plangkawati sedang dilanda kesedihan karena sang pangeran abimanyu penguasa kesatrian plangkawati menghilang. Istrinya siti sundari putri dari dwarawati merasa sangat sedih. Saat itu yang menemani adalah gatotkaca dan kala bendana. Merasa ditangisi setiap hari oleh siti sundari sambil curhat soal hilangnya abimanyu membuat kala bendana sangat sedih dan pamit mencariw arta atau kabar. Maka berjalanlah kala bendana mencari kabar dimana angkawijaya atau abimanyu berada. Di negeri mastsyapati ternyata abimanyu baru aja menikah dengan utari yang kalo diurut umurnya jauh lebih tua dan bisa disebut neneknya. Tetapi karena dewi utari jago spiritual maka disebutkan sang dewi awet muda. Dan menurut hyang bhatara kresna sendiri, wiji mahkota para raja hanya bisa disemai di rahim dewi utari. Ketika sedang berkasih kasih datanglah kala bendana. Sampe disana karena kala bendana tak bisa berbohong dia hampir saja membocorkan bahwa abimanyu sudah punya istri. Tapi oleh abimanyu kala bendana diusir dengan ditusuk keris, sampe ahirnya kala bendana pun lari pulang ke plangkawati. Saat itulah utari curiga dan berkata pada abimanyu. Jika abimanyu sudah punya garwa pun akan diterima sebagai saudara oleh utari. Tapi dasar abimanyu malah ebrbohong bahkan bersumpah akan mati dikeroyok perawan 1000 jika bohong, tapi kepleset lidahnya jadi bersumpah akan mati dikeroyok panah seribu. Dan jagad nyakseni, jagad mendengar itulah karma abimanyu. Mati dalam perang bharata yudha dengan keadaan dikeroyok panah 1000 sampe tak ada sisa di tubuhnya yang tak kemasukan panah. Hati hatilah dalam bersumpah!! Jangan lalai terutama dalam keadaan bergembira. Kala bendana pulang ke plangkawati. Disana gatotkaca menemani siti sundari. Siti sundari bergembira menyambut kala bendana dan menanyakan bagaimana kabar abimanyu. Kala bendana aka mengucap tapi di halang halangi oleh gatotkaca dengan kasar. Tapi kala bendana yang tak bisa berbohong merasa bahwa kebenaran harus diungkapkan apapun resikonya. Ketika kala bendana mengucap abimanyu ada di negera matsyapati langsung gatotkaca karena kesalnya mengayunkan tanganya ke kepala kala bendana. Tak dinyana tak diduga, kepala pamanya itu langsung hancur berantakan. Tak sadar gatotkaca sudah melakukan pembunuhan kejam kepada pamanya sendiri. Saat itu kala bendana badanya moksa, hilang mayatnya bersama rohnya. Terdengar suara anaku gatotkaca, aku sebenarnya sudah masuk sorga. Tapi aku ga rela jika aku masuk sendirian. Karena cintaku padamu maka aku akan tunggu engkau gugur di perang bharatayudha. Dan kita akan masuk ke sorga bersama. Gatotkaca sangat menyesal dengan kejadian ini. Dan pada perang bharata yudha, kala bendana membawa konta yang dilontarkan oleh adipati karna untuk masuk menembus tubuh gatotkaca. Inilah pembalasan karma gatotkaca terhadap pembunuhan pamanya kala bendana.dan ahirnya paman anak ini masuk sorga bersamaan.

Senin, 03 Maret 2014

Brajadenta-Brajamusti

Brajadenta - Brajamusti Prabu duryodana dan para punggawa kurawa sedang bertemu di dampar agung negara hastina. Mereka membicarakan krisis yang menimpa pringgondani. Karena brajadenta ga mau menyerahkan kursi kepada prabo anom gatotkaca. Duryodana melihat hal ini sebagai peluang. Hal ini diamini oleh resi drona dan patih sengkuni. Maka diutuslah patih sengkuni dan resi drona untuk bertamu ke brajadenta. Maka berangkatlah utusan hastina menemui brajadenta. Dikediaman brajadenta para utusan hastina diterima. Drona menceritakan bagaimana perang dengan ayah pandawa menewaskan prabu tremboko ayah dari brajadenta. Kemudian ditambah cerita patih sengkuni tentang werkudoro yang membunuh kakak mereka tertua arimba. Dan memanas manasi bahwa arimbi malah membelot menikah dengan werkudoro. Karena dipanasi brajadenta tambah marah dan bersumpah merebut tahta pringgandani. Di pringgandani prabu anom gatotkaca menghadapi para pamanya. Ada brajamusti dan kala bendana. Prabu anom menanyakan kenapa brajadenta pamanya ga pernah sowan. Karena dianggap aneh maka gatotkaca mengutus dua pamanya brajamusti dan kala bendana mengunjungi kediaman brajadenta. Apalagi telah santer beredar kabar bahwa brajadenta akan mengkudeta gatotkaca dari kursi raja pringgondani. Erangkatlah dua utusan tadi ke kediaman brajadenta. Mereka kaget melihat adanya rombongan dari kerajaan hastina sudah ada disana. Mereka masuk lalu menyampaikan pesan kedatanganya adalah karena diutus gatotkaca. Untuk melihat kabar brajadenta apakah sakit kenapa kok ga pernah sowan ke sitihinggil keraton pringgondani. Brajadenta marah besar dan mengatakan dengan lantang bahwa dia akan merebut kedaton dari tangan gatotkaca. Brajamusti dan kala bendana berusaha mengingatkan brajadenta. Bahwa dia sudah dipengaruhi oleh drona dan sengkuni. Tapi brajadenta tak mau peduli dan menyuruh kedua adiknya itu kembali membawa surat tantangan. Maka keluarlah brajamusti dan kala bendana dan diikuti oleh bala tentara hastina. Bala tentara hastina disuruh untuk membunuh kedua utusan tapi mereka dikalahkan dengan mudah oleh brajamusti. Dan segera mereka kembali ke kedaton pringgondani. Mereka mengatakan apa yang mereka dengar langsung dari brajadenta kepada prabu anom gatotkaca. Gatotkaca menjadi resah dan merasa rikuh berhadapan dengan paman sendiri. Sementara bala tentara brajadenta bersiap menuju ke istana pringgandani. Ketika pasukan brajadenta sampai terjadi pertempuran. Brajadenta sakti luar biasa sehingga hampir semua mereka yang membela gatotkaca dikalahkan. Sampai sampai gatotkaca sendiri maju dan dikalahkan oleh brajadenta. Kemudian gatotkaca mundur dan ebrkeluh kesah kepada pamanya brajamusti. Paman saya dikalahkan dan kerajaan direbut. Bagaimana baiknya?. Brajamusti berkata...masalah bisa beres jika tuan raja mengorbankan satu pilar kerajaan. Gatotkaca mengira pilar yg dimaksud adalah bener bener pilar bangunan keraton. Maka dia mensetujui saja perkataan pamanya. Tiba tiba brajamusti berkata bahwa brajadenta bisa mati asal bertarung sampai sama sama mati melawan dirinya. Lalu brajamusti pamit dan melawan brajadenta. Pertarungan sangat seru. Keduanya seimbang. Dan ahirnya sama sama mati tertusuk keris pusaka masing masing. Gatotkaca menangisi mayat kedua pamanya. Lama lama mayat itu mengecil lalu masuk ke dalam tangan kanan dan kiri gatotkaca menjadi sebuah keilmuan. Dan keilmuan itu dikenal dnegan keilmuan brajadenta dan brajamusti. Sementara sisa pasukan pemberontak dan hastina dipukul mundur.

Bima Suci

Bima Suci Bima berguru kepada pendeta Durna. Ia disuruh mencari air yang bisa menyucikan dirinya. Bima lalu ke Ngamarta, memberitahu dan pamitan kepada saudara-saudaranya. Yudisthira diminta oleh ketiga adiknya supaya menghalangi keinginan Bima. Bima tidak dapat dihalangi, lalu pergi berpamitan dan minta petunjuk kepada pendeta Durna. Bima menghadap pendeta Durna. Pendeta Durna memberitahu, bahwa air suci berada di hutan Tikbrasara. Bima lalu berpamitan kepada raja Doryudanan dan pendeta Durna. Bima meninggalkan kerajaan Ngastina, masuk ke hutan. Setelah melewati hutan dengan segala gangguannya, perjalanan Bima tiba di gunung Candramuka. Bima mencari air suci di dalam gua dan membongkari batu-batu. Tiba-tiba bertemu dengan dua raksasa bernama Rukmuka dan Rukmakala. Bima diserang. Ke dua raksasa mati dan musnah oleh Bima. Mereka berdua menjelma menjadi dewa Indra dan dewa Bayu. Kemudian terdengar suara, memberi tahu agar Bima kembali ke Ngastina. Di tempat itu tidak ada air suci. Bima segera kembali ke Ngastina. Bima tiba di Ngastina menemui pendeta Durna yang sedang dihadap oleh para Korawa. Mereka terkejut melihat kedatangan Bima. Semua yang hadir menyambut kedatangan Bima dengan ramah. Pendeta Durna menanyakan hasil kepergian Bima. Bima menjawab bahwa ia tidak menemukan air suci di gunung Candramuka. Ia hanya menemukan dua raksasa dan sekarang telah mati dibunuhnya. Pendeta Durna berkata, bahwa air suci telah berada di pusat dasar laut. Bima percaya dan akan mencarinya. Dengan basa-basi Duryodana memberi nasihat agar Bima berhati-hati. Bima berpamitan kepada pendeta Durna dan Doryudana. Bima menemui saudara-saudaranya di kerajaan Ngamarta, ia minta pamit pergi mencari air suci. Yudisthira dan adik-adiknya sangat sedih, lalu memberitahu kepada Prabu Kresna raja Dwarawati. Kresna datang di Ngamarta, memberi nasihat agar para Pandhawa tidak bersedih hati. Dewa akan melindungi Bima. Bima minta diri kepada Kresna dan keluarga Pandhawa. Banyak nasihat Kresna kepada Bima, tetapi Bima teguh pada keinginannya. Para Pandhawa mencoba menghalang-halanginya, tetapi tidak berhasil menahannya. Bima berjalan menelusuri hutan, kemudian tiba di tepi samodera. Bima mempunyai kesaktian berasal dari aji sangara. Dengan berani ia terjun ke dalam samodera. Tiba-tiba seekor naga mencegatnya. Naga membelit Bima, tetapi alhirnya naga mati ditusuk kuku Pancanaka. Bima tiba di pusat dasar samodera, bertemu dengan Dewa Ruci. Dewa Ruci dapat menjelaskan asal keturunannya Bima dan menyebut sanak saudaranya. Lagi pula Dewa Ruci tahu maksud kedatangan Bima di pusat dasar samodewa. Dewa Ruci memberi nasihat, orang jangan pergi bila tidak tahu tempat yang akan ditujunya. Jangan makan bila belum tahu rasa makanan yang akan dimakannya. Jangan mengenakan pakaian bila belum tahu nama pakaian yang akan dikenakannya. Barang siapa tidak tahu, bertanyalah kepada orang yang telah tahu. Bima merasa hina, lalu minta berguru kepada Dewa Ruci. Bima disuruh masuk ke rongga perut Dewa Ruci. Bima heran mendengar perintah Dewa Ruci. Ia harus masuk melalui jalan mana, bukankah Dewa Ruci lebih kecil dari pada Bima. Dewa Ruci berkata, bahwa dunia seisinya bisa masuk ke rongga perutnya. Bima disuruh masuk lewat lubang telinga kiri. Tibalah Bima di dalam rongga perut Dewa Ruci. Ia melihat samodera besar lagi luas, tidak bertepi. Ketika ditanya, Bima menjawab, bahwa ia hanya melihat angkasa kosong jauh sekali, tidak mengerti arah utara selatan, timur barat dan atas bawah. Ia kebingungan. Tiba-tiba terang benderang, Bima merasa menghadap Dewa Ruci. Ia tahu arah segala penjuru angin. Dewa Ruci bertanya tentang sesuatu yang dilihat oleh Bima. Bima menjawab, bahwa hanya warna hitam merah kuning dan putih yang dilihatnya. Dewa Ruci memberi wejangan kepada Bima. Setelah menerima wejangan, Bima merasa senang. Ia tidak merasa lapar, sakit dan kantuk. Ia ingin menetap tinggal di rongga perut Dewa Ruci. Dewa Ruci melarang, Bima diwejang lagi tentang hakekat hidup manusia. Sempurnalah pengetahuan Bima tentang hidup dan kehidupan. Bima telah lepas dari rongga perut Dewa Ruci, lalu minta diri kembali menemui saudara-saudaranya di Ngamarta. Yudisthira mengadakan pesta bersama keluarga menyambut kepulangan Bima. Sumber aplikasi wayang