Selasa, 15 April 2014

Sunan Geseng di Pakah Tuban

Maqom Sunan Geseng terletak di Desa Gesing Kec. Semanding. Mungkin maqom ini belum terlalu akrab ditelinga masyarakat Tuban. Tidak seperti maqom Sunan Bonang, maqom Sunan Bejagung, maupun maqom Asmaraqandi yang telah menjadi jujugan wisata religi maupun tempat riyadhoh di Kabupaten Tuban. Mungkin letaknya yang relatif masuk ke pedalaman dan tidak berada dijalur utama. sebenarnya letak maqom Sunan Geseng tidak terlalu jauh dari jalan utama Babat-Tuban. Sebenarnya untuk mencapai lokasi juga tidak terlalu sulit. Jika perjalanan kita dari arah Tuban ke Babat, sampai di pertigaan pos Polisi Pakah terus kearah timur sekitar seratus meter belok ke kiri. Sekitar satu kiloan masuk dengan jalan yang sudah beraspal sampailah kita di maqom Ki Cakrajaya alias Sunan Geseng yang konon murid  dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Sebelum sampai di maqom ada sebuah sumur yang konon adalah peninggalan dari Sunan Geseng.

Sumur Petilasan Sunan Geseng
Kisah tentang Sunan Geseng tidak hanya berada diwilayah Tuban saja, bahkan maqom beliau juga ada diwilayah Jogjakarta dan Magelang. Namun versi ceritanya relatif sama, Dikisahkan pada suatu siang yang panas Sunan Kalijaga berjalan dibawah rindangnya pohon Siwalan. sayup-sayup beliau mendengar suara orang yang sedang berdendang tembang. "Lilo-lilo...lilo-lilo....lilo....ya tak lilo-lilo" (sabar..sabar..sabar..ya disabar-sabarkan, menyabarkan diri). Tembang itu didendangkan berulang ulang. Sunan Kalijaga mendengarkan tembang yang mengalun dari seorang tua yang sedang berada diatas puncak pohon siwalan sambil menderas bunga siwalan untuk diambil airnya yang menjadi bahan pokok pembuatan gula nira. Selanjutnya sang Sunan pun menyapa si kakek tadi, "Kek tembang apa yang sedang kau dendangkan itu ?" Kakek tua sambil terus melanjutkan pekerjaannya menjawab, " Ah kisanak tiap hari aku bekerja seperti ini, sebagai buruh penderas siwalan, agar beban hidup yang susah ini tidak terlalu susah, maka aku berdendang sambil bekerja "Lilo-lilo...lilo-lilo....lilo....ya tak lilo-lilo"

"Bisakah tembangmu diganti yang lebih baik kek ?, ujar kanjeng Sunan"

"Diganti bagaimana kisanak ?"

"Gantilah dengan kalimat "LAA ILAAHA ILLALLAH" maka tembangmu akan berkah kek"
................................

Cungkup Pasujudan Sunan Geseng
Sejak pertemuan dengan orang asing itu ki Cakrajaya kehidupannya semakin berkah, bahkan dalam sebuah versi diceritakan ketika ia pulang kerumah dan saat proses pembuatan gula, gula yang dicetak tersebut berubah menjadi emas. Selanjutnya ki cakrajaya mencari orang asing yang ditemuinya saat menderas air nira. Entah dimana akhirnya orang yang dicari itu ditemukan, dan ternyata ia adalah seorang waliyullah. Sejak saat itu Cakrajaya menjadi murid Sunan Kalijaga. Ki Cakrajaya mendapat tugas dari gurunya untuk menunggu sebatang tongkat dari bambu hingga gurunya kembali.

Batu Pasujudan
Sunan Kalijaga adalah pendakwah keliling dari satu tempat ke tempat yang lain, hingga beliau pada suatu saat kembali ke Tuban dan menjenguk muridnya yang lama telah ditinggal. Namun ia tak menemukan tempat dimana dulu muridnya ditinggalkan. Karena tempat itu telah dipenuhi ilalang dan barongan bambu. Selanjutnya sang Sunan membakar tempat itu. Dan disebongkah batu beliau mendapati muridnya sedang bersujud dalam kondisi yang gosong. Namun tidak meninggal dunia. Dari peristiwa inilah kemudian ki Cakrajawa mendapatkan julukan Sunan Geseng. JWT

@Kenangan saat menjadi team QC IRC di Tunah Semandning.

1 komentar:

  1. semoga informasi ini menambah wawasan kita bahwa Tuban adalah benar benar Kota seribu wali karena kalo kita hitung dan kita telusuri Wilayah Tuban ada ratusan Makam Waliyullah atau Orang2 yg terkenal dan berjasa dengan adanya Keberadaan Tuban

    BalasHapus