Rabu, 13 Januari 2010

BAWANA AGENG DAN BAWANA ALIT

Sejak manusia hidup secara sederhana, belum mengenakan pakaian dan tempat tinggalnya berpindah-pindah. Mereka mempunyai keyakinan bahwa ada kekuatan besar di luar kekuatan manusia.kekuatan besar diluar dirinya itu itu yang menguasai segalanya. Kalau dapat membujuk dan menyanjungnya, meraka yakin kekuatan besar itu akan baik pula. Mulailah manusia memuja dan meyembah segala sesuatu yang berbentuk besar dan dhsyat seperti kayu, batu, air terjun, lubuk, bulan, matahari, juga hewan, gunung, sungai dan samudra.


Kepercayaan meyembah kekuatan yang dahsyat itu dinamakan dinamisme, kemudian lebih maju lagi kepercayaan menyembah roh penguasa disebut Animisme, atau roh nenek moyang mereka atau leluhur.

Kepercayaan Dinamisme dan Animisme itu terus berkembang hingga masuknya agama Hindu, Budha, Islam maupun Nasrani, tetapi budaya menyembah kekuatan Alam dan Roh leluhur itu masih membekas.

Bahwa ternyata manusia itu merupakan perwujudan kecil dari duania. Miniatur Alam Semesta adalah manusiaini, karena sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat apa yang juga terdapat di dunia ini, ada gunung, pohon besar, sungai dan samudra. Maka disebutlah Bawana Alit, sedangkan alam semesta disebut Bawana Ageng.

Bawana Alit selalu berhubungan dengan Bawana Ageng, kalau terputus hubungannya maka mati maka hubugan itu diwujudkan dalam pernapasan, Bawana Alit membutuhkan hawa untuk menghidupkan nyawa sebab nyawa tanpa hawa akan mati.

Pupuh Gambuh

Jembaring samudragung,
Tanpa tepi anglangut kadalu,
Suprandene makasih gung manungsa iki,
Alas jurang kali gunung,
Neng raganira wus katon.

Artinya :

Luasnya samudra raya,
Tiada bertepi dan sejauh mata memandang,
Tetapi masih besar adanya manusia ini,
Hutan jurang sungai gunung,
Di dalam diri manusia.

(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)

Mengapa manusia digambarkan lebih besar dari jagad raya ini? Karena apa yang terlihat besar dan menakutkan itu sebenarnya dapat masuk kedalam diri manusia. Sehingga Pakubuwono IV menegaskan dalam baris tembang berikut ini :

Tana prabedanipun,
Jagad katon lan jagadireku,

Artinya :

Tiada berbeda,
Dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu,

(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)

pada bagian yang disekarkan (disyairkan) Gambuh, artinya dijumbuhkan atau dirujukan dalam tembang itu tentang dunia nyata dan dunia batin, sebagai suatu upaya untuk mendekatkan manusia kepada kenyataan untuk berpikir tentang hidup dan rasa yang paling dalam.

Dengan membuat rujukan-rujukan itu, agar manusia faham benar akan dirinya. Faham akan makna hidupnya, agar tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk perbuatan yang bukan-bukan, jangan sampai membuat kesalahan dan menghancurkan lingkungan. Karena apa yang terlihat secara nyata sebagai lingkungan hidup terlihat pula dalam batiniah pada dirinya sendiri. Rusaknya lingkungan hidup maka rusak pula dalam dirinya sendiri.

Pupuh Gambuh

Yen sira durung surup,
Tegese jagad cilik lan agung,
Jagad cilik jenenge manungsa iki,
Iya batinira iku,
Yen jagad gedhe Hyang Manon,

Artinya :

Bila kau belum mengetahui,
Arti bawana alit dan bawana ageng
Bawana alit namanya manusia ini,
Adalah batinmu,
Dan bawana ageng adalah Hyang Manon.

(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)

dalam baris tembang yang berbentuk Gambuh ini terlihat jelas dan lebih tegas diutarakan tentang arti bawana alit dan ageng, maka jelas pula langkah-langkah yang harus kita bawa untuk menelusuri samudra kehidupan ini. Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai ”Cipta Waskita” yang artinya kewaspadaan batin yang dapat mengetahui apapun yang bakal terjadi. Mengetahui benar dan salah, kharam dan batal serta mengetahui arti hukum dalam kehidupan dan sebagainya.

Setelah kita siap mendalami ilmu mystik terapan maka kesadaran pribadi telah tergugah, sampai memahami arti bawana alit dan bawana agung, maka terasalah sesuatu yang bergejolak dalam batin kita. Suatu keharusan yang mendalam di dalam hati, hingga tergerakkan getaran-getaran rasa dari segala penjuru yang menggetarkan iman kita, tiada rasa maka berlinanglah air mata haru. Tergambarkan semua perbuatan yang pernah di lakukan, semua kejahatan dan nista yang diperbuat. ”Mengapa dahulu aku tidak mengetahuimya, kalu kebaikan ada dalam diriku sendiri?” begitulah batin kita akan bertanya.

Semua itu karena ulah si tukang mengadu domba yang menghalang-halangi semuanya itu. Maka setelah semuanya telah disingkirkan, terlihatlah semuanya dengan jelas. Itulah yang dinamakan ”kalau Hyang Manon telah membukanya, semua akan menjadi jelas”. Becik ketitik ala ketoro artinya yang baik akan terlihat adapun yang jelek akan terbukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar